Lampung (ANTARA News) - Terminal Baru Bandara Radin Inten II Lampung ditargetkan bisa beroperasi akhir tahun ini setelah pembangunan dimulai pada Februari 2016.
Kepala Bandara Radin Inten II Lampung Satimin saat peninjauan terminal baru di Lampung, Jumat mengatakan nantinya terminal tersebut bisa menampung sekitar 7.500-8.000 penumpang per hari dari terminal lama yang hanya 1.000 penumpang per hari.
"Diharapkan akan menampung lebih banyak penumpang, karena terminal lama ini sudah sangat padat," katanya.
Satimin menyebutkan luas terminal tersebut, yakni 9.650 meter persegi dengan dilengkapi tempat parkir empat lantai seluas 22.500 meter persegi.
Terkait pembiayaan, dia mengatakan pembangunan terminal serta lahan parkir tersebut didanai APBN 2016 senilai Rp98 miliar untuk gedung terminal dan Rp87 miliar untuk gedung parkir.
"Kita juga tengah membangun skybrigde total panjangnya 165 meter untuk pejalan kaki yang akan menghubungkan gedung parkir dan gedung terminal baru," katanya.
Dari sisi udara, Satimin mengatakan pihaknya juga tengah memperpanjang landasan pacu (runway) dari 2.500 meter menjadi 3.000 meter agar bisa didarati pesawat berbadan besar (wide body).
"Setidaknya pesawat Airbus A320," katanya.
Dia juga akan memperluas apron, sehingga bisa menampung 12 pesawat terparkir sekelas Boeing 737," katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubunhan Suprasetyo mengimbau agar pembangunan dipercepat, sehingga akhir tahun ini bisa dioperasikan.
"Ya, kira-kira enam bulan lagi bisa beroperasi," katanya.
Berdasarkan peninjauan, Suprasetyo menilai dari sisi pemagaran sudah baik karena sudah sesuai dengan standar Asosiasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO), yaitu dengan tinggi 2,4 meter dan bagian bawah terdiri dari beton.
"Jadi, tidak bisa disusupi penumpang gelap," katanya.
Saat meninjau menara pengatur lalu lintas udara (ATC Tower) yang dioperasikan oleh Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI/Airnav Indonesia), dia memerintahkan agar ketepatan waktu menjadi fokus utama.
"Jamnya diganti dengan yang standar, waktu dalam ATC itu sangat penting dan minimal harus ada dua jam acuan," katanya.
Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016