Dengan referendum Inggris hanya seminggu lagi, jajak pendapat menunjukkan pemungutan suara pada 23 Juni semakin mendukung kampanye untuk "meninggalkan" Uni Eropa.
Sebuah potensi Brexit memicu kekhawatiran tentang pukulan negatif terhadap perekonomian Inggris dan Uni Eropa, dan dampaknya terhadap seluruh ekonomi global yang lemah.
"Kekhawatiran tentang dampak ekonomi jika Inggris keluar dari Uni Eropa ini, diperparah oleh kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi di China. Ini semua memiliki dampak negatif pada harga," kata ekonom energi James Williams dari WTRG Economics.
Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli merosot ke level terendah dalam lebih dari sebulan di New York Mercantile Exchange, berakhir di 46,21 dolar AS per barel, turun 1,80 dolar AS dari tingkat penutupan Rabu.
Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Agustus, patokan internasional, jatuh 1,78 dolar AS menjadi menetap di 47,19 dolar AS per barel, penutupan terendah sejak 9 Mei.
"Harga minyak jatuh hari ini untuk hari keenam berturut-turut, membuat kerugian beruntun terpanjang mereka sejak Februari," kata analis Commerzbank, Carsten Fritsch.
Dolar naik terhadap euro, dolar Kanada dan franc Swiss. Dolar yang lebih kuat biasanya menekan permintaan minyak mentah yang dihargakan dalam dolar.
Kekhawatiran tentang kelebihan pasokan global tetap di pasar.
"Sementara kami tidak melihat berita tertentu yang menunjukkan pasokan minyak bumi meningkat, kami melihat kecemasan atas penurunan produksi baru-baru ini dari Kanada dan Nigeria berkurang setidaknya beberapa derajat, dengan surplus persediaan masih bergantung di pasar," Tim Evans, di Citi Futures, Kamis.
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016