Kuil Dhammakaya yang kaya dan berpengaruh menjadi pusat ketegangan beragama dan kepala biarawannya Phra Dhammachayo (72) dituduh berkonspirasi dalam tindak pencucian uang dengan menerima uang curian dari lembaga pemberi kredit.
Para pengikutnya membantah tuduhan itu dan mengklaim bahwa tuduhan itu memiliki motivasi politik.
Rencana penggerebekan pada Kamis merupakan perkembangan terbaru dalam kebuntuan antara pihak penyelidik dan penganut sekte Buddha itu, setelah Dhammachayo tidak muncul di kantor polisi pada Mei untuk menjawab dakwaan penyelewengan, dengan alasan tidak sehat.
Kontroversi tersebut masuk ke dalam perpecahan politik yang telah berlangsung lebih dari satu dasawarsa di Thailand, yang juga mempengaruhi semua aspek kehidupan termasuk agama.
Hingga Kamis pagi, pintu gerbang selatan kompleks kuil Dhammakaya yang luas itu tertutup, meskipun tidak diblokade dengan peralatan berat seperti yang terjadi dalam konfrontasi sebelumnya.
Di sisi lain, ratusan pengikut Dhammakaya berbaju putih duduk di bawah gerimis di depan stupa tengah sekte berbentuk UFO tempat barang peninggalan berharga.
Tidak ada tanda-tanda keberadaan tentara di lokasi.
Namun sejumlah polisi anti huru-hara Thailand menunggu di kantor pemerintah terdekat. Mereka dilengkapi dengan tameng dan helm namun tidak bersenjata, kata saksi.
Beberapa pihak mempertanyakan apakah upaya polisi pada Kamis untuk masuk kuil dengan surat perintah akan mendapatkan sesuatu dan apakah ini hanya sandiwara politik belaka.
Junta berkuasa Thailand yang mengambil alih kekuasaan dalam kudeta tak berdarah pada Mei 2014 tidak berkomentar mengenai penggerebekan itu dan menolak ikut bersuara soal tuduhan penyelewengan di masa lalu.
"Kami sudah memperjelas bahwa pelaksanaan tugas ini harus dilakukan dengan cara yang tepat dan tanpa korban luka," kata wakil kepala Departemen Penyelidikan Khusus (Department of Special Investigation/DSI) Mayor Polisi Suriya Singhakamol kepada wartawan di kuil tersebut.
DSI yang bekerja independen dari polisi merupakan departemen di bawah Kementerian Kehakiman yang menangani kasus-kasus yang melibatkan pejabat tinggi.
Prachim Samahasapan (59), seorang ibu rumah tangga dan pengikut Dhammakaya, datang untuk memberikan dukungan moral kepada kepala biarawan namun mengatakan bahwa tidak banyak yang bisa mereka lakukan untuk menghentikan polisi.
"Apa yang bisa kami lakukan adalah duduk dan bermeditasi," katanya.
"Menangkap dia itu terlalu berlebihan. Bukannya seperti dia membunuh seseorang," katanya seperti dikutip kantor berita Reuters.(Uu.S022)
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016