Malang (ANTARA News) - Kincir Air Kaki Angsa yang cara kerjanya mirip dengan angsa ketika berenang, hasil temuan karyawan Universitas Negeri Malang (UM) Budiharto dan Djayusman, menjadi salah satu energi alternatif pemasok listrik. Menurut Budiharto, Kamis, temuan ini sudah melalui proses selama sekitar lima tahun, sejak menang lomba karya ilmiah yang diselenggarakan Menristek pada tahun 2002 lalu, dan saat ini tinggal mengaplikasikannya untuk kepentingan masyarakat luas. "Sekarang penyelesaian kincir air kaki angsa ini sudah 80 persen, karena selalu ada penyempurnaan-penyempurnaan agar bisa diproduksi dalam jumlah besar (pabrikan), maka percobaan demi percobaan terus kami lakukan untuk mendapatkan hasil terbaik," ungkapnya di Malang. Untuk menyempurnakan proses temuan yang sudah mendapatkan hak paten itu, Budiharto menggunakan sungai Buring di Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang sebagai lokasi laboratoriumnya. Percobaan-percobaan tersebut, didanai oleh Departemen Pertambangan dan Energi sebesar Rp50 juta pada tahun 2006 (untuk satu turbin) dan pada tahun 2007 sebesar Rp150 juta (untuk tiga turbin). Ia mengakui, dalam percobaan-percobaan yang dilakukannya itu, juga ada beberapa kendala dan saat ini kendala yang dihadapi adalah "trouble" pada transmisi. Namun diperkirakan tahun 2007 ini sudah tuntas 100 persen, sehingga bisa diaplikasikan. Kincir air kaki angsa tersebut, tidak hanya cocok digunakan di perusahaan-perusahaan baik besar maupun kecil. Namun juga di desa-desa yang jauh dari jangkauan listrik. Cara kerja kincir itu, tidak berbeda jauh dengan mesin diesel, hanya saja kalau diesel menggunakan solar sebagai bahan bakarnya, sedangkan kincir air cukup menggunakan air saja. Desain kincir air kaki angsa hampir sama dengan kincir air yang dipergunakan petani untuk mengairi sawah, hanya ada beberapa bagian yang diubah dan disesuaikan dengan kebutuhan. Kincir air kaki angsa dirancang lebih pendek dan lebih panjang serta badan kincir dibenamkan seluruhnya ke dalam air, sehingga ada pasang-surutnya air sungai tidak akan ada pengaruhnya. Berbeda dengan kincir air biasa yang desain kerangkanya lebih tinggi, agar bisa berputar dan genangan air tidak boleh lebih dari setengah tinggi kincir, paparnya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007
\"JANGAN TUNGGU LAMA-LAMA\"
Pergunakanlah/tingkatkan karunia Tuhan ini.
Terima kasih Pak,
aku doakan dan berharap banyak orang Indonesia Seperti Bapak.