Jakarta (ANTARA News) - Asosiasi Pengusaha Limbah dan Logam Tua Indonesia (Apelti) minta Kementerian Perindustrian mengantisipasi merosotnya harga scrap dari Rp6.000 per kilogram menjadi Rp3.000 per kilogram.
Demikian disampaikan Dirjen Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika Kementerian Perindustrian I Gusti Putu Suryawirawan usai mendampingi Menteri Perindustrian Saleh Husin menerima Apelti di Jakarta, Rabu.
"Selama ini mereka menyuplai scrap ke industri baja secara business to business tanpa campur tangan pemerintah. Nah, karena sekarang harganya jatuh,mereka minta dukungan Kemenperin," ujar Putu.
Menurut Putu, Apelti juga meminta meminta pengendalian impor scrap yang jumlahnya cukup besar dari berbagai negara.
Dalam hal ini, Putu menyampaikan Kemenperin belum bisa memastikan apakah hal tersebut bisa diwujudkan, karena menurutnya, lesunya ekonomi global saat ini membuat harga baja turun termasuk industri pendukungnya.
"Nanti kita lihat bisa atau tidak. Tapi, pak menteri bilang ini sebetulnya memang imbas dari melemahnya ekonomi global dan pasokan baja berlebih dari Tiongkok. Bahkan Amerika dan Eropa pun ikut terkena," paparnya.
Ketua Apelti achmad Zaini mengatakan, pada dasarnya kualitas scrap impor saat ini masih jauh dibawah kualitas scrap yang dihasilkan dari dalam negeri.
Selain itu, tanpa mengimpor scrap, kebutuhan dalam negeri sudah mampu dipenuhi oleh sekitar 1.000 pelaku pengolahan scrap lokal.
"Kebanyakan scrap impor itu kualitasnya rendah, bagusan kita malah. Tapi mereka bisa memberi harga jauj lebih murah. Itu yang membuat kami kalah," ungkapnya.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016