Malang (ANTARA News) - Kepala Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Karangploso, Kabupaten Malang Hartanto mengumumkan wilayah Jawa Timur bakal mengalami fenomena Cuaca La Nina mulai Juli hingga September 2016, yang ditandai dengan curah hujan tinggi.
"Dampak fenomena cuaca La Nina saat ini baru mencapai 52 persen. Fenomena baru terlihat lewat kekuatan angin saja, yakni mencapai 20 knot hingga 40 knot kilometer per jam. Normalnya hanya 10-20 knot kilometer per Jam," ujar Hartanto ketika mengumumkan kondisi cuaca dan dampak fenomena cuaca La Nina di Kantor BMKG Malang, Jawa Timur, Rabu.
Ia mengatakan dampak fenomena cuaca La Nina ini terjadi pada bulan Oktober. Namun demikian, pada bulan Juli fenomena itu sudah mulai terjadi. Pada saat itu curah hujan di atas normal dan suhu permukaan air laut Selatan Jawa dan Nusa Tenggara berubah menjadi hangat.
Wilayah Jawa Timur yang sudah atau sedang mengalami musim kemarau dengan fenomena La Nina ini disebut Musim Kemarau Basah. "Pada wilayah yang sedang mengalami musim kemarau, potensi curah hujan tinggi masih bisa kondusif, tetapi beda dengan wilayah yang belum mengalami musim kemarau, akan berdampak pada curah hujan tinggi disertai petir," urainya.
Dampak fenomena La Nina ini, lanjutnya, akan menambah pasokan air tinggi karena intensitas hujan bertambah. Kondisi ini berbeda dengan fenomena El Nino yang membuat pasokan air menurun.
Selain berdampak pada curah hujan tinggi, La Nina juga membawa dampak positif terhadap perairan di laut selatan, yakni melimpahnya ikan tuna. La Nina membawa dampak ikan tuna berkerumun di laut selatan, sehingga nelayan mudah memanennya.
Akan tetapi, kata Hartanto, banyaknya ikan tuna tersebut dibarengi dengan gelombang laut yang cukup ekstrem, yakni mencapai 2,5 hingga 3 mete. Bahkan, kondisi laut selatan akan tetap bergelombang tinggi hingga La Nina selesai akhir tahun ini.
"Karena kondisi gelombang laut cukup tinggi, tidak memungkinkan bagi nelayan untuk melaut dan akhirnya ikan laut di pasaran langka yang berdampak pada harga ikan menjadi mahal. Dan, yang juga patut diwaspadai adalah titik-titik penyeberangan," ucapnya.
Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016