Jakarta (ANTARA News) - Pengurus Besar Persatuan Lawn Tenis Indonesia (PB Pelti) bisa bernafas lega, setelah Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga bersedia membayar denda yang dibebankan kepada tim Indonesia yang tidak mengikuti babak play-off Grup II Piala Fed melawan Israel Juli 2006 di Tel Aviv. "Pagi ini (Kamis), saya mendapat telepon dari Mennegpora dan beliau menyatakan akan membayar denda dari ITF (International Tennis Federation) karena Indonesia tidak mengikuti pertandingan Piala Fed," kata Ketua Umum PB Pelti Martina Widjaja di Jakarta, Kamis. Menurut Martina, Adyaksa Dault akan berusaha mencari dana untuk membayar denda sebesar 29.650 dolar AS kepada ITF dengan tenggat waktu 5 April. "Pelti berterimakasih kepada Menegpora karena bersedia membantu membayar denda itu," lanjut Martina. "Setelah menerima sanksi itu, kami mengirim surat ke beberapa pihak seperti KONI, Menegpora dan Menteri Luar Negeri, tetapi belum ada yang memberi tanggapan dan baru hari ini ada pernyataan dari Menegpora." Menurut Martina, pemerintah sebaiknya memang turut bertanggung jawab membayarkan denda tersebut karena keputusan untuk tidak bermain melawan Israel juga diambil oleh pemerintah. "Sebenarnya saat itu Indonesia sudah diperkenankan bermain di Israel, namun beberapa hari menjelang pertandingan pecah perang di Israel dan pemerintah kemudian melarang petenis Indonesia bertanding di sana," kata Martina. "Waktu itu, pemerintah khawatir akan ada penerimaan berbeda dari masyarakat Indonesia terhadap petenis Indonesia yang bertanding di sana." Besar denda yang harus dibayarkan tersebut jauh lebih kecil dari denda awal yang dinyatakan ITF yaitu sekitar 80.000 dolar AS dan Indonesia harus turun ke Grup 2 Zona Asia/Oceania. Setelah naik banding dua kali, dan berdasarkan sidang di New Delhi pada 4 Maret, ITF pun memutuskan untuk memberikan denda sebesar 29.650 dolar AS dan Indonesia tetap tidak boleh tampil di kompetisi 2007 namun diperkenankan ikut dalam Grup 1 Zona Asia/Oceania pada 2008. Selain harus membayar denda tersebut, Pelti juga masih harus membayar "retribution fee" sebesar 20.000 dolar AS yang harus dibayarkan tiap tahun. "Untuk biaya ini, Pelti akan mengusahakan membayarnya sendiri," tegas Martina.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007