Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta turun 11 poin menjadi Rp13.404 per dolar AS pada awal perdagangan Rabu pagi.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan rupiah kembali bergerak melemah bersama kurs di kawasan Asia di tengah sentimen hasil keputusan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) dan isu keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit).
"Selain volatilitas yang biasa muncul menjelang pertemuan FOMC, aset berisiko juga kurang menarik di tengah isu Brexit, situasi itu membuat aset safe haven seperti dolar AS menjadi incaran," katanya.
Ia menambahkan pelemahan rupiah juga terjadi seiring dengan penurunan harga minyak mentah dunia. Harga minyak mentah jenis WTI pagi ini 47,76 dolar AS per barel, turun 1,51 persen, sementara Brent Crude harganya turun 1,57 persen menjadi 49,05 dolar AS per barel.
Kendati demikian, dia mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperkirakan bersifat temporer menyusul masih terjaganya laju inflasi nasional.
"Rencana pemangkasan subsidi solar dan listrik terancam batal, situasi itu berpeluang mengoreksi harapan inflasi tinggi ke depannya," katanya.
Analis Monex Investindo Futures Yulia Safrina mengatakan penguatan dolar AS relatif terbatas menyusul laju aktivitas sektor ritel Amerika Serikat diprediksi melambat dari 1,3 persen pada April menjadi 0,4 persen.
"Angka yang lebih rendah dari ekspektasi dapat melemahkan dolar AS," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016