New York (ANTARA News) - Harga minyak dunia jatuh untuk sesi keempat berjalan pada Selasa (Rabu pagi WIB), karena Badan Energi Internasional (IEA) memperingatkan bahwa stok besar akan menutup setiap kenaikan harga yang akan datang.
Patokan AS, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli menyusut 39 sen menjadi berakhir di 48,49 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Di perdagangan London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Agustus, patokan Eropa, turun 52 sen menjadi menetap di 49,83 dolar AS per barel.
IEA mengatakan dalam laporan bulanannya bahwa mereka memperkirakan permintaan minyak mentah global tumbuh sebesar 1,3 juta barel per hari pada tahun ini dan kemudian tahun depan, karena pembeli didorong oleh harga yang rendah.
Meski begitu, kata dia, "Ada persediaan besar sekali terus membayangi," kata IEA. "Hal ini mungkin akan memperlemah prospek peningkatan yang signifikan dalam harga minyak."
Kekhawatiran tentang stok besar telah menyebabkan harga minyak jatuh kembali dari tertinggi tahun ini dari sekitar 51 dolar AS sampai awal bulan lalu, kata lembaga itu.
Itu menggemakan laporan pada Senin dari kartel minyak OPEC, yang mengatakan bahwa "spekulan menjadi agak kurang tertarik pada posisi-posisi jangka panjang" karena dibayangi persediaan besar.
IEA menambahkan dalam laporannya bahwa ada "sejumlah besar bagian-bagian yang bergerak" di lingkungan pasar minyak saat ini, membuat prediksi akurat penuh risiko.
Mereka termasuk peningkatan tajam dalam produksi Iran, kekacauan politik di Libya yang telah membatasi produksinya, masalah keamanan Nigeria, lambat kembalinya produksi penuh Kanada setelah kebakaran hutan membatasi produksi dari pusat pasir minyak dan kemungkinan "rebound" dalam produksi AS didorong oleh harga yang lebih kuat.
Harga minyak berakhir lebih rendah juga akibat penguatan dolar AS yang mengurangi selera investor komoditas.
Dolar AS menguat terhadap sebagian besar mata uang utama pada Selasa karena data penjualan ritel yang keluar dari negara positif. Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, naik 0,56 persen menjadi 94,891 pada akhir perdagangan New York.
Sebuah dolar AS yang kuat menekan sentimen investor, yang membuat minyak dalam denominasi dolar kurang menarik bagi pembeli mata uang lainnya.
Selain itu, harga minyak berada di bawah tekanan setelah data menunjukkan jumlah rig AS yang aktif meningkat selama dua pekan berturut-turut.
Perusahaan jasa ladang minyak Baker Hughes mengatakan pada Jumat bahwa jumlah rig yang beroperasi di ladang-ladang AS naik tiga rig menjadi 328 rig dalam pekan yang berakhir 10 Juni, setelah bertambah sembilan rig pada minggu sebelumnya. Pada saat yang sama tahun lalu, pengebor memiliki 635 rig minyak aktif, demikian mengutip laporan AFP dan Xinhua.
(A026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016