Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa sore bergerak melemah sebesar 92 poin menjadi Rp13.390 dibandingkan posisi sebelumnya pada Rp13.298 per dolar AS.
"Sentimen penguatan mata uang safe haven seperti dolar AS masih berlanjut menjelang rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), meski proyeksi suku bunga AS tidak berubah, namun spekulasi di pasar masih tetap tinggi," kata analis Monex Investindo Futures Yulia Safrina di Jakarta, Selasa.
Di tengah spekulasi itu, lanjut dia, pelaku pasar uang cenderung mengambil posisi aman dengan memegang mata uang dolar AS karena dianggap dapat menjaga nilai aset agar tidak tergerus.
Selain itu, ia mengatakan bahwa harga minyak mentah dunia yang mengalami tekanan menambah sentimen positif bagi dolar AS untuk bergerak menguat terhadap mayoritas mata uang utama dunia.
"Harga minyak mentah yang melemah dapat menyeret mata uang komoditas terkoreksi dan sebaliknya menguatkan aset dolar AS," katanya.
Kendati demikian, ia mengatakan bahwa penguatan dolar AS juga relatif terbatas menyusul laju aktivitas sektor ritel Amerika Serikat yang diprediksi akan melambat dari 1,3 persen pada bulan April menjadi 0,4 persen.
"Angka yang lebih rendah dari ekspektasi dapat melemahkan dolar AS," katanya.
Terpantau, harga minyak mentah jenis WTI Crude pada Selasa sore ini, berada di level 48,16 dolar AS per barel, turun 1,47 persen. Sementara minyak mentah jenis Brent Crude di posisi 49,71 dolar AS per barel, melemah 1,27 persen.
Dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Selasa ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp13.273 dibandingkan hari sebelumnya Senin (13/6) Rp13.341.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016