Ini disebabkan lapangan-lapangan minyak di Indonesia semakin menua dengan tingkat penurunan produksi tahunan mencapai lebih dari 20 persen,"

Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah memprediksi lifting minyak bumi akan turun pada 2017, dari 830 ribu barel per hari pada APBN 2016 menjadi 740-760 ribu barel perhari.

Hal ini disampaikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI di Gedung Nusantara I, Jakarta, Selasa. Proyeksi tersebut masuk dalam asumsi dasar sektor ESDM untuk RAPBN 2017.

"Ini disebabkan lapangan-lapangan minyak di Indonesia semakin menua dengan tingkat penurunan produksi tahunan mencapai lebih dari 20 persen," ujar Sudirman dalam paparannya di depan Komisi VII.

Saat ini, lanjut dia, lapangan minyak yang masih berada di periode puncak adalah yang dikelola oleh Mobil Cepu Ltd.

Asumsi ini sendiri mendapat penolakan dari anggota Komisi VII, salah satunya Kurtubi yang menyatakan bahwa jumlah tersebut adalah yang terendah dalam 50 tahun terakhir.

"Menurut saya, jumlah lifting minyak itu sangat menyedihkan," kata politisi Partai Demokrat ini.

Kurtubi sendiri menyadari Indonesia masih bergantung pada lapangan-lapangan minyak tua karena sulitnya mencari sumber-sumber baru. Namun, dia yakin potensi sumber daya mineral yang ada di Indonesia masih sangat besar.

Oleh karena itu, dia meminta pemerintah untuk mengoreksi angka lifting tersebut dan mendesak agar perizinan tambang dipermudah.

"Investasi minyak masih berbelit-belit. Pengeboran saja banyak sekali izinnya," tutur pria asli Nusa Tenggara Barat tersebut.

Adapun dalam rapat kerja sebelumnya, untuk RAPBN-Perubahan 2016, pemerintah mengasumsikan dapat memperoleh 810 ribu barel perhari, berbeda dengan keputusan internal Komisi VII DPR RI yang mengusulkan angka lifting minyak 820 ribu barel perhari.

Keputusan akhir terkait RAPBN-P 2016 dan RAPBN 2017 sektor ESDM akan diambil setelah ada kesepahaman antara pemerintah dan legislator.

Pewarta: Michael Siahaan
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016