Pementasan tabuh klasik angklung di ajang PKB ke-38, selain untuk menunjukkan kekhasan dari Kabupaten Badung, juga sebagai upaya pelestarian dari kesenian tersebut. Mengingat di kalangan masyaraka,t kini seni tabuh klasik ini mulai sedikit peminatnyaDenpasar (ANTARA News) - Pementasan tabuh atau gamelan klasik oleh Sekaa (kelompok) Angklung Gita Saraswati sebagai duta Kabupaten Badung,memukau penonton Pesta Kesenian Bali ke-28 di Taman Budaya Denpasar, Senin.
"Pementasan tabuh klasik angklung di ajang PKB ke-38, selain untuk menunjukkan kekhasan dari Kabupaten Badung, juga sebagai upaya pelestarian dari kesenian tersebut. Mengingat di kalangan masyaraka,t kini seni tabuh klasik ini mulai sedikit peminatnya untuk mendalaminya," kata I Made Mindrawan, pembina tabuh tersebut di sela-sela menggelar pementasan.
Menurut dia, dengan dipentaskannya tabuh klasik angklung dari Sekaa Angklung Gita Saraswati ini diharapkan dapat menumbuhkan rasa kecintaan masyarakat terhadap gamelan angklung.
Dalam kesempatan itu ditampilkan beberapa tabuh dan tari seperti Tabuh Giri Langu dan Tari Tenun yang melukiskan keindahan wanita Bali yang sedang menenun.
Penonton juga kemudian bersorak-sorai dan bertepuk tangan ketika dipentaskan Tari Oleg Tamulilingan yang mengisahkan sepasang kumbang jantan dan betina yang sedang bermain, bercanda ria, ke sana-kemari sambil sesekali mereguk nikmat dan harum wanginya kembang di taman bunga.
"Pementasan kali ini selain penunjukan dari Dinas Kebudayaan, juga sebagai pelestarian agar angklung tetap lestari karena dalam perkembangannya sudah mulai ditransfer melalui gong kebyar sehingga fungsinya bisa dipergunakan untuk yadnya dan juga mengiringi pernikahan," ujar Mindrawan.
Pada akhir penampilan, Sekaa Angklung Gita Saraswati menampilkan Tabuh Kreasi Pepanggulan dengan judul "Akil Balik" yang merupakan masa ketika seorang anak mengalami perubahan fisik, psikis dan pematangan fungsi seksual. Masa akil balik yaitu masa yang penuh dengan angan-angan fantasi, khayalan, terlalu mementingkan diri sendiri dan susah tidur.
Made Ardika, salah satu penonton asal Gianyar mengaku senang kesenian angklung bisa tampil di ajang PKB. Menurutnya, angklung biasanya identik dengan ritual Pitra Yadnya yang terkait dengan upacara kematian dan tidak banyak peminatnya.
"Ya saya senang nontonnya tadi, biasanya angklung kan kita ketahui banyak dipakai saat acara Pitra Yadnya. Terlebih kan sudah sedikit peminatnya dan sekarang dipentaskan di PKB dengan garapan berbeda, bisa kita lihat bagaimana antusias masyarakat untuk menyaksikannya," katanya.
Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016