Jakarta (ANTARA News) - Anggota Komisi XI DPR Dradjad Wibowo menilai, banyak anggota dewan akan setuju jika ada keinginan pemerintah mengambil alih saham-saham industri stategis yang kini dikuasai pihak asing. "Saat ini banyak industri strategis khususnya di bidang telekomunikasi seperti Indosat, dan Telkom sahamnya dikuasai investor asing, sehingga sebagai bangsa tidak lebih hanya sebagai operator, bukan sebagai pemilik mayoritas," katanya di Jakarta, Rabu. Jika ada keinginan pemerintah mengambil alih saham terhadap industri strategis itu, banyak anggota dewan akan mendukungnya, katanya. Dikatakan, Temasek melalui Singapore Technologies Telemedia (STT) menguasai 49 persen saham Indosat, kemudian Temasek melalui Singtel menguasai 35 persen saham Telkomsel perusahaan operator seluler GSM terbesar di Indonesia yang juga anak usaha dari Telkom. Dengan demikian secara tidak langsung Temasek menguasai Indosat dan Telkom, sehingga keuntungan perusahaan yang dulunya sebagai industri strategis yang dilindungi itu jika mendapatkan keuntungan yang banyak menikmati keuntungan adalah investor asing. Hal senada juga disampaikan Fahri Hamzah Anggota Komisi VI DPR yang menilai, adanya divestasi Indosat dan Telkomsel yang dilakukan pemerintah di masa lalu sarat dengan kejanggalan, sehingga kedua perusahaan itu dapat jatuh ke satu induk perusahaan. Hal ini menciptakan monopoli terhadap industri telekomunikasi dan seluler di Indonesia. "Oleh karenanya, dari situ dapat disinyalir divestasi ke dua perusahaan itu tidak transparan, sehingga harus dibatalkan, atau diusahakan diambilalih kembali agar keuntungan dapat dinikmati oleh negara dan masyarakat Indonesia yang lebih luas," kata Fahri. Ia kembali menegaskan, sebaiknya pemerintah perlu mengambilalih kembali perusahaan strategis yang jatuh ke tangan investor asing itu. Dan harus diakui saat ini, Indosat dan Telkom merupakan dua dari perusahaan BUMN yang sangat stretagis bagi bangsa ini. Mengingat selain potensi berkembangnya bisnis telekomunikasi di negara yang berpenduduk banyak ini, dua perusahaan itu pun sangat strategis dalam mengamankan sistem telekomunikasi Indonesia yang merupakan negara kepulauan.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007