"Nilai tukar rupiah mengalami depresiasi terhadap dolar AS pada awal pekan ini menjelang rapat Komisi Pasar Bebas Federal (FOMC)," kata Ekonom Samuel Sekuritas, Rangga Cipta.
Ia mengatakan nilai tukar dolar AS mulai menguat kembali menjelang pertemuan FOMC, setelah sempat tertekan akibat target data ekonomi negara itu masih di bawah estimasi, mengonfirmasi proyeksi kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat belum akan dilakukan dalam waktu dekat.
"Rapat FOMC dijadwalkan pada pekan ini. Walaupun peluang kenaikan suku bunga The Fed hampir tidak mungkin, spekulasi mengenai pengetatan moneter masih membayangi pelaku pasar uang sehingga mendorong dolar AS bergerak lebih kuat," katanya.
Kendati demikian, dia memproyeksikan, dalam jangka menengah rupiah masih berpotensi menguat. Bank Indonesia menilai nilai tukar rupiah bisa menguat hingga Rp13 ribu akhir tahun ini.
"Selain rapat FOMC, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia juga ditunggu pada pekan ini. Peluang pemangkasan BI Rate juga meningkat saat ini melihat data ekonomi yang ada," katanya.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan nilai dolar AS bergerak menguat terhadap mayoritas mata uang utama dunia karena sebagian investor masih berharap bank sentral Amerika Serikat akan menaikkan suku bunga pada bulan Juli atau September.
"Kondisi itu yang menjadi salah satu faktor penahan bagi rupiah untuk menguat di area poistif," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016