Sanur (ANTARA News) - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin membuka secara resmi konferensi Nasional kedua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) di Bali, Sabtu (11/06).

Dalam sambutannya, Menag mengapresiasi tema konferensi kali ini, yaitu: “Merawat Kerukunan Umat Beragama demi Keutuhan NKRI”. Menurutnya, kerukunan adalah sesuatu yang mendasar dalam konteks bangsa Indonesia yang majemuk dan beragam, terlebih di era globalisasi. Karenanya, pemahaman akan esensi agama menjadi penting.

“Saat ini yang perlu dicermati dalam era globalisasi adalah bagaimana kita menjaga esensi nilai agama itu, agar tidak dipolitisasi atau agama digunakan untuk kepentingan kelompok tertentu. Karena, kita semua menyadari bahwa hakikat agama adalah memanusiakan manusia,” tegas Menag seperti dikutip dari laman Kemenag, Minggu.

Agama, lanjut Menag, hakikatnya memiliki dua sisi, luar dan dalam. Sisi luar agama biasa disebut syariat, yaitu jalan mencapai kebenaran. Menurut Menag, banyak cara mencapai kebenaran. Jangankan antar agama, dalam satu agama saja, keragaman syariat menjadi keniscayaan. “(dalam konteks sisi luar agama), menurut hemat saya, jangan pernah punya obesesi menyeragamkan Indonesia. Karena Tuhan lah yang mencipatakan keragaman. Justru keragaman itu memberikan kesempatan kita untuk menggapai kebenaran,” kata Menag.

Sisi dalam agama dalam Islam dikenal sebagai hakikat, substansi, atau inti ajaran agama. Menurut Menag, dalam esensi, semua agama mengajarkan kebaikan. Semua agama melarang pembunuhan, pencurian, berbohong, berzina, dan beragam larangan lainnya. Semua bicara pada hal yang sama. Oleh karenanya, dalam konteks keragaman Indonesia, pemuka agama perlu lebih mengedepankan sisi dalam agama. “Esensi agama adalah sisi dalamnya. Hakikat toleransi adalah lebih banyak memberi daripada meminta,” tegasnya.

Konferensi Nasional II yang diikuti para pengurus FKUB se Indonesia ini dijadwalkan akan akan berlangsung hingga 13 Juni mendatang. Tampak hadir dalam pembukaan Gubernur Bali I Made Mangku Pastika, Dirjen Bimas Hindu I Wayan Widnya, Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama Ferimeldi, serta para Kakanwil Kemenag Provinsi se-Indonesia.

Di hadapan mereka, Menag mengingatkan bahwa kesadaran keragaman menjadikan para pendahulu dan pendiri bangsa ini, mencari faktor yang dapat menyatukan keragaman Indonesia yang besar, dan itu salah satunya adalah agama. “Para pendiri bangsa mencoba mencari faktor apa yang dapat merekatkan keragaman kita sebagai bangsa, agar tetap terjaga kerukunannya. Nilai-nilai agamalah yang menyatukan kita di tengah keragaman, di mana kita tinggal, apapun etnis, budaya, dan agama kita,” kata Menag.

Menurutnya, agama di Indonesia selama ini menjadi perekat dalam merajut keragaman untuk utuhnya bangsa. Konstitusi Indonesia bahkan kaya akan nilai-nilai agama. “Pondasi kerukunan pada masyarakat yang religus adalah nilai-nilai agama dan kearifan lokal yang menjadi modal utama dalam merajut kerukunan,” terangnya.

Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016