Yogyakarta (ANTARA News) - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta menyebutkan hotel di Yogyakarta rata-rata mengalami penurunan okupansi atau tingkat hunian menjadi 40 persen memasuki bulan Ramadhan.
"Sejak memasuki awal bulan puasa okupansi turun menjadi 40 persen," kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY Istijab M Danunagoro di Yogyakarta, Jumat.
Ia mengatakan meski rata-rata mengalami penurunan menjadi 40 persen dan 20 persen untuk hotel nonbintang, khusus untuk hotel berbintang di ring satu atau di pusat Kota Yogyakarta okupansi masih mencapai 60 persen per hari.
"Untuk di ring satu wisatawan yang menginap di hotel masih relatif banyak jika dibandingkan di wilayah lainnya," kata dia.
Kendati demikian ia meminta para pengelola bisnis perhotelan tetap menghindari perang tarif selama okupansi kamar hotel masih lesu.
"Kami sudah mengingatkan berulang kali agar menghindari cara bersaing yang tidak sehat," kata dia.
Pengelola hotel, menurut dia, diharapkan tetap menaati tarif batas bawah yang telah disepakati yakni Rp500.000 untuk bintang lima, Rp400.000 untuk bintang empat, Rp300.000 untuk bintang tiga, Rp250.000 bintang dua, dan bintang satu Rp200.000.
Menurut Istijab, sebagian hotel telah membuat program khusus Ramadhan yang mampu menjaga tingkat kunjungan tetap stabil. Pengelola perhotelan tersebut rata-rata menyediakan paket Ramadhan berupa potongan harga disertai fasilitas buka puasa dan sahur gratis.
Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Wisata Dinas Pariwisata DIY Arya Nugrahadi mengatakan untuk tetap menjaga tingkat kunjungan wisata, para pengelola objek wisata dapat mengutamakan potensi ragam kuliner yang ada di DIY.
Menurut dia, wisata kuliner akan menjadi kunjungan favorit di Yogyakarta selama Ramadhan.
"Untuk mempertahankan kestabilan kunjungan wisatawan, "event" wisata yang menarik perlu ditingkatkan," kata Arya.
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016