Ketua Umum Gapki Joko Supriyono di Jakarta Jumat menyatakan, pada tahun lalu perolehan devisa dari ekspor produk kelapa sawit mencapai 18 miliar dolar AS mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang dapat mencapai 20-21 miliar dolar AS.
"Meskipun mengalami penurunan namun sumbangan ekspor dari industri kelapa sawit masih lebih bagus dibandingkan ekspor dari sektor migas yang juga mencapai 18 miliar dolar AS," ujarnya dalam acara Bincang-bincang Gapki dengan Media.
Selain menjadi penyumbang terbesar untuk ekspor nasional, lanjutnya, industri kelapa sawit hingga saat ini menjadi sektor yang mampu menyerap tenaga kerja, meningkatkan kesejahteraan petani serta mampu mendukung terhadap pembangunan daerah.
"Oleh karena itu, tidak salah jika dikatakan industri sawit merupakan indutri yang sangat penting bagi Indonesia," katanya.
Joko menyatakan, sangat disayangkan kalau industri sawit yang sangat berperan penting dalam perekonomian nasional tersebut justru mengalami pelemahan terlebih lagi di saat situasi sekarang ini yang sulit.
Menurut dia, industri sawit nasional saat ini masih mendapatkan tantangan yang besar terutama gencarnya kampanye anti sawit yang sengaja dilakukan kelompok tertentu.
Industri sawit, tambahnya, selalu diidentikan dengan kerusakan lingkungan, penyumbang emisi gas rumah kaca, perusakan biodiversiti dan lain-lain yang negatif.
Namun demikian, Ketua Umum Gapki tersebut optimis tahun ini industri sawit nasional akan mengalami pertumbuhan yang positif meskipun belum signifikan jika dibandingkan tahun lalu.
"Tahun lalu industri sawit mengalami kesulitan, tahun ini akan tumbuh meskipun belum pulih 100 persen. Ada tanda-tanda peningkatan," katanya.
Meskipun demikian, menurut Joko, hingga akhir tahun ini diharapkan industri sawit nasional tetap mampu memberikan nilai positif bagi perekonomian Indonesia.
Pewarta: Subagyo
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016