Camat Cidaun, Heli Kuswandi, saat dihubungi, Jumat, mengatakan, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut namun kios dan rumah warga rusak berat, bahkan beberapa diantaranya roboh diterjang ombak.
Dia menjelaskan, pihaknya mendapat laporan dari warga Kamis, dimana akibat air rob merusak 25 kios milik pedagang dan beberapa rumah hunian warga. Sebelumnya ungkap dia, pihaknya jauh hari telah mengimbau agar warga tidak mendirikan bangunan di sekitar pantai, namun banyak tidak mengindahkan imbauan tersebut.
"Sebagian besar warga yang mendirikan bangunan di pinggir pantai merupakan pendatang bukan warga asli Cidaun. Namun mereka tidak mengindahkan imbauan yang selama ini sudah ada aturannya, mendirikan bangunan harus berjarak 150 sampai 200 meter dari pantai," katanya.
Dia menuturkan, pihaknya sudah melaporkan kejadian tersebut ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cianjur dan Bupati Cianjur. Imbauan kembali diberikan pada warga sekitar untuk tetap waspada, sebab gelombang tinggi belum bisa diprediksi sampai kapan akan terjadi.
"Sudah kami imbau agar tidak kembali membangun kios dan rumah yang rusak, untuk menghindari jatuhnya korban jiwa. Selama ini warga lainnya sudah waspada, sehingga di sekitar Pantai Jayanti tidak ada aktivitas," katanya.
Selama ini, tambah dia, pihaknya telah berkoordinasi dengan Balai Wisata pantai untuk mengantisipasi warga agar tidak bermain ke sekitar pantai."Sejak gelombang tinggi beberapa hari terakkhir, kami sudah mengimbau petugas untuk melarang aktifitas warga di sekitar pantai," katanya.
Sementara Camat Sindangbarang, Iwan Karyadi mengungkapkan, gelombang tinggi merendam areal persawahan seluas 20 hektare, ketinggian air mencapai 1 meter.
Keterangan dari Balai Pertanian Kecamatan Sindangbarang 20 hektare yang kena rob. Lima hektar sawah terpaksa dipanen lebih awal karena khawatir mengalami puso. Sedangkan sisanya padi yang baru ditanam rusak berat dan mati.
Dia menuturkan, hingga saat ini belum ada laporan bangunan di wilayahnya terkena dampak air rob, hanya areal pesawahan yang terendam karena posisinya berdekatan dengan pesisir Pantai Apra."Hanya areal pesawahan yang terendam, tidak ada rumah atau korban jiwa," katanya.
Sementara Kepala BPBD Cianjur, Asep Suparman, mengatakan, pihaknya telah menerjunkan anggota untuk melakukan pengecekan ke lokasi yang terkena dampak banjir rob."Setelah mendapat data laporan kerusakan, kami menugaskan anggota untuk asesmen sebelum melakukan tindakan," katanya.
Dia mengungkapkan, berdasarkan data yang diterima keberadaan rumah atau kios ditepi pantai yang terkena dampak banjir rob melanggar aturan karena mayoritas berada di kawasan terlarangan adanya bangunan.
"Meskipun begitu kami utamakan dulu pendataan, jika memang ada korban langsung akan kami evakuasi dan kirim pasokan makanan. BPBD belum bisa memastikan sampai kapan gelombang tinggi akan terjadi, kami masih berkoordinasi dengan BMKG untuk melakukan antisipasi selanjutnya," kata Asep.
Dia menuturkan, hingga saat ini belum ada laporan bangunan di wilayahnya terkena dampak air rob, hanya areal pesawahan yang terendam karena posisinya berdekatan dengan pesisir Pantai Apra."Hanya areal pesawahan yang terendam, tidak ada rumah atau korban jiwa," katanya.
Sementara Kepala BPBD Cianjur, Asep Suparman, mengatakan, pihaknya telah menerjunkan anggota untuk melakukan pengecekan ke lokasi yang terkena dampak banjir rob."Setelah mendapat data laporan kerusakan, kami menugaskan anggota untuk asesmen sebelum melakukan tindakan," katanya.
Dia mengungkapkan, berdasarkan data yang diterima keberadaan rumah atau kios ditepi pantai yang terkena dampak banjir rob melanggar aturan karena mayoritas berada di kawasan terlarangan adanya bangunan.
"Meskipun begitu kami utamakan dulu pendataan, jika memang ada korban langsung akan kami evakuasi dan kirim pasokan makanan. BPBD belum bisa memastikan sampai kapan gelombang tinggi akan terjadi, kami masih berkoordinasi dengan BMKG untuk melakukan antisipasi selanjutnya," kata Asep.
Pewarta: Ahmad Fikri
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016