"Pendidikan tinggi kan bukan lembaga yang berdiri sendiri. Kualitas pendidikan tinggi juga ditentukan kualitas pendidikan menengah atas, SMP, lalu pendidikan sekolah dasar. Ini sebuah pendekatan holistik. Tidak boleh hanya pendidikan tinggi dan mengabaikan faktor inputnya," ujar Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahidp kepada ANTARA News di Gedung Parlemen, Jakarta, belum lama ini.
Menurut politisi yang juga duduk di Komisi I DPR itu, kurikulum memainkan peran dalam hal ini. Belum bakunya kurikulum pada semua jenjang pendidikan ditenggarai berdampak buruk kepada kualitas pendidikan.
"Kurikulum juga berhubungan di sini. Karena belum bakunya kurikulum di Indonesia. Setiap ganti menteri, ganti kurikulum. Itu menghadirkan problema di kualitas pendidikan dan kesinambungan pendidikan itu sendiri," tutur dia.
Masalah ini kemudian diperparah oleh sistem ujian nasional yang justru tak memberikan dampak baik pada siswa. Hidayat menilai tak sedikit siswa yang justru mengalami trauma karena sistem ini.
"Sementara banyak keluhan terkait dengan sistem ujian nasional. Itu justru menghadirkan anak-anak yang mengalami trauma. Ini memerlukan pembenahan yang menyeluruh dari tingkat SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi. Supaya memastikan kita memiliki output yang kuat, sehingga menghadirkan pendidikan tinggi yang berkualitas," kata Hidayat.
Dalam kesempatan berbeda, anggota Komisi X DPR RI, Dadang Rusdiana turut menyoroti pentingnya pendidikan di sekolah menengah hingga sekolah dasar yang berkualitas demi menyokong mutu perguruan tinggi yang baik.
"Termasuk juga, tentang input pendidikan, mulai dari para mahasiswanya. Lalu, kualitas perguruan tinggi tidak terlepas dari pendidikan di sekolah menengah," kata dia.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016