Balikpapan (ANTARA News) - PT Pertamina akan menambah kapasitas kilang pengolahan minyak mentah sebesar 100.000 barel per hari mulai akhir tahun 2019.
Direktur Pengolahan Pertamina, Rahmat Hardadi saat jumpa pers di Kilang Balikpapan, Kalimantan Timur, Kamis mengatakan tambahan berasal dari proyek peningkatan kapasitas (refinery development master plan/RDMP) Kilang Balikpapan tahap pertama.
"Pada akhir 2019, proyek RDMP Balikpapan step pertama akan mulai beroperasi, sehingga menambah kapasitas kilang sebesar 100.000 barel per hari, dari sebelumnya 260.000 menjadi 360.000 barel per hari," ujarnya.
Dengan tambahan RDMP Balikpapan, lanjutnya, maka kapasitas total kilang Pertamina pada akhir 2019 akan bertambah dari saat ini sebesar satu juta barel menjadi 1,1 juta barel per hari.
Hardadi mengatakan, pada tahap awal, pasokan minyak mentah (crude) RDMP Balikpapan akan berasal dari jenis Expo (Rusia) sebesar 60 persen dan Azeri (Azerbaijan) 40 persen.
"Selanjutnya, kami akan mencari crude jenis sour yang ketersediaannya melimpah, bisa berasal dari Arab Saudi, Iran, atau Afrika," ujarnya.
Ia melanjutkan, proyek RDPM Balikpapan tahap kedua akan dimulai 2020 dengan jadwal selesai 2022-2023.
Proyek RDMP Balikpapan sebelumnya akan dikerjakan bersama perusahaan Jepang, JX Nippon, namun dikarenakan belum mencapai kemajuan yang diharapkan, Pertamina akhirnya mengerjakannya sendiri.
"Kami buktikan kompeten mengerjakan proyek besar ini sendiri," ujar Hardadi.
Proyek RDMP Balikpapan tahap pertama diperkirakan menelan biaya 2,6 miliar dolar AS dan tahap kedua 2,2 miliar dolar.
Sebelum itu, pada pertengahan 2018, Pertamina akan menyelesaikan proyek langit biru di Kilang Cilacap, Jateng (Proyek Langit Biru Cilacap/PLBC).
Proyek PLBC akan mengubah produk Premium menjadi Pertamax sebesar 91.000 barel per hari.
"Jadi, dari sekarang masih ada waktu dua tahun untuk merampungkan PLBC, sehingga menghasilkan produk yang berkualitas bagi masyarakat," ujarnya.
Pada akhir 2021, proyek kilang baru di Tuban berkapasitas 300.000 barel per hari akan mulai beroperasi, sehingga menambah kapasitas kilang Pertamina menjadi 1,4 juta barel per hari.
Kilang Tuban dikerjasamakan Pertamina bersama perusahaan Rusia, Rosneft dengan komposisi saham 55:45.
Selanjutnya, pada 2022, RDMP Kilang Cilacap akan beroperasi dengan tambahan kapasitas 20.000 dari sebelumnya 350.000 menjadi 370.000 barel per hari, sehingga total kapasitas menjadi 1,42 juta barel per hari.
Proyek RDMP Cilacap merupakan kerja sama Pertamina bersama Saudi Aramco dengan komposisi saham 55:45.
"Peningkatan kapasitas RDMP Cilacap memang kecil, tapi kualitas produknya meningkat drastis," katanya.
Pada 2023, lanjut Hardadi, RDMP Kilang Dumai, Riau dan Balongan, Jabar dengan total tambahan 280.000 barel per hari dan kilang baru di Bontang, Kaltim sebesar 300.000 barel per hari akan mulai beroperasi.
Ketiga proyek itu akan meningkatkan kapasitas kilang Pertamina menjadi dua juta barel per hari pada 2023.
"Pada 2023, era produksi BBM secara mandiri atau swasembada akan dimulai. Bahkan, dimungkinkan ekspor ke ASEAN kalau memang ada sisa," katanya.
Sedangkan, pada kurun waktu 2025-2030, sebanyak dua unit kilang baru dengan masing-masing kapasitas 300.000 barel per hari ditargetkan beroperasi, sehingga total kapasitas kilang Pertamina menjadi 2,6 juta barel per hari.
Lokasi kedua kilang tersebut, lanjutnya, antara lain Arun, Aceh; Karimun, Riau; dan Lombok, NTB.
"Pertimbangan lokasi kilang macam-macam antara lain demografi dan geografi," kata Hardadi.
Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016