Rejanglebong (ANTARA News) - Pengurus pengajian ilmu tasawuf Thareqat Naqsabandiyah Rejanglebong, Provinsi Bengkulu, menyebutkan sebanyak 400 jamaah mengikuti kegiatan zikir atau "suluk" selama Ramadhan di daerah itu.
Wakil ketua umum pengurus Thareqat Naqsabandiyah Rejanglebong M Edi Rusman, saat ditemui pusat pengajaran Thareqat Naqsabandiyah di Kecamatan Curup Utara, Rabu, menjelaskan dari 400 peserta "suluk" kali ini sebagian besar berasal dari Provinsi Sumatera Selatan, dan sisanya dari sejumlah daerah di Tanah Air.
"Yang paling jauh berasal dari Demak, sedangkan tahun lalu ada yang berasal dari Indonesia Timur," katanya.
Dari 400 peserta kegiatan yang hanya dilaksanakan setiap bulan ramadhan tersebut, kata dia, masing-masing dikenakan biaya administrasi sebesar Rp550.000, yang digunakan untuk membayar biaya makan, minum serta biaya lainnya.
Para peserta ini akan mengikuti kegiatan suluk selama 10 hari, di mana untuk gelombang pertama dilaksanakan 8 Juni-18 Juni 2016. Sedangkan gelombang kedua dilaksanakan mulai 13-23 Ramadhan.
Para jemaah selama 10 hari akan mengikuti kegiatan zikir yang diucapkan dengan nada keras atau zikir zahar yang dilaksanakan setelah berbuka puasa dan sholat Maghrib hingga pukul 22.00 WIB, kemudian mereka melakukan sholat Isya dan diteruskan zikir kembali di dalam kelambu yang sudah mereka siapkan pada sekat-sekat berukuran 1 meter persegi di dalam gedung.
Peserta yang akan mengikuti kegiatan diwajibkan menyerahkan biodata diri, surat keterangan kesehatan, serta menandatangani pernyataan tidak akan menuntut jika terjadi suatu hal dalam pelaksanaannya.
"Dari pemeriksaan kesehatan terakhir yang dilakukan petugas kesehatan dari Puskesmas Tunas Harapan diketahui ada dua orang yang terdeteksi tidak bisa menjalaninya lantaran menderita gejala stroke. Jamaah ini jenis kelaminnya perempuan yang berasal dari Medan, dan satu lagi jamaah laki-laki dari Provinsi Jambi yang menderita dehidrasi.
Jamaah Thareqat Naqsabandiyah yang sakit ini tidak diperbolehkan mengikuti kegiatan itu dan dipulangkan ke daerah asalnya karena jika dipaksakan nantinya akan menimbulkan permasalahan.
Pewarta: Nur Muhamad
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016