Bogor (ANTARA News) - Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor, Jawa Barat, mengawasi peredaran telur busuk atau telur gagal menetas di pasar tradisional yang kian marak peredarannya saat Ramadhan ini.
"Malam kemarin secara tidak sengaja kita menemukan adanya peredaran telur busuk di salah satu pasar tradisional, kitapun melakukan penyitaan totalnya ada 3.000 butir," kata Kepala Bidang Perdagangan Disperindag Kota Bogor, Mangahit Sinaga, saat dihubungi Antara, Rabu.
Ia mengatakan sebanyak 3.000 butir telur itu disita dari dua pekerja yang bertugas mengirimkan telur tersebut ke Pasar Lawang Seketeng pada Rabu dini hari sekitar pukul 02.00 WIB.
Menurut Sinaga, penemuan tersebut berlangsung tanpa sengaja, saat timnya melakukan investigasi terkait laporan masyarakat adanya peredaran bahan makanan yang mengandung formalin.
"Saat itu tim menemukan telur busuk yang dikirim orang dibungkus rapat terpal dan diangkut oleh kendaraan. Kita langsung mengamakan kendaraan beserta sopirnya," kata Sinaga.
PPNS dari Disperindag Kota Bogor langsung memeriksa kedua pekerja tersebut yakni Udin (30) dan Zulfa (30). Dari keterangan keduanya, telur tersebut dikirim dari wilayah Cimande, Kabupaten Bogor.
"Pemasok telur ini mengambil dari peternak ayam, dilihat dari jumlahnya, pemasok memang khusus menjual telur-telur gagal ini ke pasaran," katanya.
Menurutnya, ditemukannya peredaran telur busuk bukan kali pertama. Ramadhan tahun lalu juga ditemukan beredar di Pasar Kebon Kembang. Setelah ditindak, ternyata penyedia telur menyasar pasar lainnya di wilayah Kota Bogor.
"Dilihat polanya, setelah ketahuan di Pasar Kebon Kembang, dia alihkan ke pasar tradisional lainnya," kata Sinaga.
Ia mengatakan telur busuk tersebut dijual dengan harga lebih murah dari telur layak. Hanya selisih Rp500 per butir. Penjual telur busuk menjual Rp1.500 pe butir, sedangkan telur layak berkisar di atas Rp2.000 per butir tergantung ukurannya.
"Yang pasti penjual mencari keuntungan lebih dari berjualan telur busuk ini, bisa jadi ia membeli telur dari peternak hanya Rp1.000 untuk tiga telur, atau Rp1.000 untuk dua telur," katanya.
Sinaga mengatakan telur tersebut biasanya digunakan untuk campuran bakso, cumi isi, siomay dan usus isi (temusu).
Menindaklanjuti hasil temuan itu, Disperindag Kota Bogor melakukan pengawasan ke sejumlah penggilangan bakso di pasar tradisional untuk mengantisipasi penggunaan telur busuk oleh sejumlah pedagang.
Sementara itu, Kepala Disperindag Achsin Prasetyo menyebutkan, telur busuk tersebut tidak layak konsumsi. Jika dikonsumsi dalam jumlah banyak, dapat mengganggu kesehatan, seperti iritasi kulit, menyebabkan batuk, flu, demam tinggi dalam waktu lama bisa menyebabkan kanker usur.
"Kami imbau masyarakat untuk waspada, perhatian barang yang dibeli, teliti sebelum membeli. Jika menemukan adanya telur busuk segera laporkan," katanya.
Menurut Achsin, penjual telur busuk terancam pidana Undang-Undang Perlindungan Konsumen dengan ancaman penjara lima tahun dan denda sebesar Rp2 miliar.
"Karena penjual ini berada di wilayah Kabupaten Bogor, kami menyerahkan sepenuhnya penanganan penjual telur ini kepada Disperindagkop Kabupaten Bogor," kata Achsin.
Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016