Jakarta (ANTARA News) - PT. Bank Tabungan Negara Persero Tbk (BTN) akan menyeleksi secara ketat pekerja informal yang mengajukan pinjaman melalui produk baru perseroan di pembiayaan perumahan segmen mikro.
Direktur BTN Iman Nugroho Soeko di Jakarta, Rabu malam, mengatakan perseroan akan mengukur potensi kredit bermasalah dari besaran omzet usaha yang dijalankan calon debitur, dan juga syarat jumlah saldo tabungan calon debitur.
"Syaratnya akan lebih ketat. Misalkan, dia berjualan, dia sudah memiliki lokasi tetap. Kemudian, jumlah saldo tabungannya juga dua bulan angsuran," ujar Iman.
Iman tidak terlalu khawatir terhadap potensi melonjaknya kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) dari segmen mikro ini, mengingat pekerja informal memiliki pendapatan yang tidak tetap.
"Kita terus cari (strategi mitigasinya). Tapi kami lihat, misalnya pedagang sate itu informal, tapi omzetnya bisa tinggi sekali, nah kita ingin sasar yang seperti itu," ujar dia.
Iman mengatakan pembiayaan perumahan untuk segmen mikro ini sesuai dengan instruksi pemerintah agar BTN memberikan fasilitas pembiayaan perumahan bagi masyarakat pekerja informal dengan penghasilan tidak tetap.
Menurut Iman, hingga kini, di internal BTN memang banyak yang menyetujui produk tersebut akan dinamakan kredit pemilikan rumah (KPR) mikro. Namun, hingga kini, dewan direksi belum memutuskan secara final nama produk tersebut.
Meskipun demikian, kata Iman, produk untuk mikro tersebut sudah diuji coba.
Terdapat kemungkinan, jika nanti BTN sudah secara resmi memiliki anak usaha, produk ini akan diserahkan kepada anak usaha tersebut.
"Jika kita nanti punya anak usaha yang memang concern disitu, ini kita kasih disana. Cuma embrionya memang ada disini," ujar dia.
Masih dimatangkan
Direktur Utama BTN Maryono sebelumnya mengatakan masih mematangkan program pembiayaan mikro ini.
Terdapat dua opsi, apakah pembiayaan seperti spesialis BTN dengan kredit pemilikan rumah (KPR) atau dengan mekanisme sewa-beli yang akan memanfaatkan "linkage" (kerja sama jaringan) dengan perusahaan lain. Salah satu perusahaan yang dibidik untuk kerja sama itu adalah PT. Permodalan Nasional Madani (PNM).
Meskipun masih difinalisasi, Maryono optimistis produk pembiayaan mikro ini bisa diumumkan pada Juni ini.
Target Maryono, dengan produk untuk mikro ini, perseroan dapat menyalurkan pembiayaan untuk 1000 unit rumah pada 2016.
Harga rumah yang akan dibiayai BTN lewat produk baru ini, kata Maryono, di bawah harga rumah rata-rata harga rumah KPR bersubsidi, atau di bawah Rp100 juta.
Pada 2016 ini, BTN menargetkan ekspansi pertumbuhan kredit hingga 18,9 persen. Salah satu lini kredit itu untuk kredit pemilikan rumah, sekaligus mendorong program sejuta rumah.
BTN menargetkan penyaluran kredit pada program sejuta rumah sebanyak 570.000 unit. Hingga triwulan I-2016, realisasi pembiayaan untuk program sejuta rumah sebesar Rp 7,6 triliun untuk 58.712 unit, meliputi rumah subsidi 44.449 unit dan rumah nonsubsidi 14.263 unit.
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016