Bandung (ANTARA News) - Sule (69) penjaga pintu perlintasan kereta api, di Desa Jelegog, Rancaekek, Kabupaten Bandung bertekad menghabiskan masa tuanya untuk menjalankan profesinya sebagai penjaga lintasan tak berpalang itu.
"Saya sudah 13 tahun menjaga pintu perlintasan di sini, panas bukan jadi penghalang saya untuk keselamatan para pengendara yang melintas," kata Sule ketika ditemui di sela aktivitasnya di perlintasan KA Desa Jelegong, Rabu.
Dia adalah pensiunan PJKA bagian pembangunan tahun 1997 dan Sule mulai bekerja sebagai penjaga pintu perlintasan tahun 2003.
"Saya tidak pernah meminta uang kepada yang melintas, kalau ada yang memberi seikhlasnya saja," katanya.
Sule membuat sendiri portal perlintasannya dari sebilah bambu dengan tali penarik dari tambang. Ia membiayainya dengan uang pemberian para pengendara yang melintas.
Sejak pukul 4.00 WIB hingga 23.00 WIB Sule habiskan untuk menjaga perlintasan kereta tersebut.
Meskipun dari pihak perusahaan kereta api jarang memberikan santunan, Sule tetap bersyukur karena dengan menjaga pintu perlintasan tersebut ia dapat menghidupi keluarganya.
Sule berharap, ada seseorang yang mau meneruskan pekerjaannya sebagai penjaga pintu itu, karena tubuhnya sudah rapuh dan renta. Ia juga sering sakit. Bahkan pendengaran dan penglihatannya sudah tidak setajam dulu lagi.
Selain di Desa Jelegong, terdapat ratusan titik perlintasan jalan dengan jalur rel di wilayah Daerah Operasi II PTKA yang tidak berpalang pintu. Penjagaan dilakukan sukarela oleh warga atau hanya dengan memasang rambu-rambu seadanya saja.
Pewarta: Syarif Abdullah
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016