"Rupiah melanjutkan penguatannya seiring dengan dolar AS yang terus melemah terhadap hampir seluruh kurs di kawasan Asia," kata Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Rabu.
Ia menambahkan bahwa penguatan mata uang rupiah juga sejalan dengan harga surat utang negara (SUN) di dalam negeri.
Peluang penguatan rupiah untuk melanjutkan kenaikan terhadap dolar AS masih terbuka karena juga didukung oleh harga komoditas yang terus menguat akibat kenaikan dari harga minyak mentah dunia.
Terpantau, harga minyak mentah jenis WTI Crude pada Rabu (8/6) pagi ini berada di level 50,43 dolar AS per barel, naik 0,14 persen. Sementara minyak mentah jenis Brent Crude di posisi 51,45 dolar AS per barel, menguat 0,02 persen.
Di sisi lain, lanjut dia, pelemahan dolar AS juga seiring dengan tergerusnya peluang kenaikan suku bunga Amerika Serikat (Fed fund rate), tetapi juga kredibilitas bank sentral AS (The Fed) akibat tingginya frekuensi kesalahan dalam memprediksi laju perekonomian Amerika Serikat.
Kendati demikian, ia mengatakan bahwa level mata uang rupiah yang sudah lebih kuat dari prediksi Bank Indonesia serta asumsi pemerintah dapat menahan lajunya sehingga dalam jangka pendek ruang penguatan cenderung terbatas.
Analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong menambahkan bahwa penguatan nilai tukar rupiah cenderung mulai terbatas setelah mengalami penguatan cukup signifikan dalam beberapa hari terakhir akibat potensi ditundanya kenaikan suku bunga AS pada Juni.
"Potensi rupiah dijadikan kesempatan untuk ambil untung oleh sebagian investor di pasar uang cukup terbuka. Kondisi itu akan membuat pergerakan rupiah terbatas," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016