Jakarta (ANTARA News) - Produsen batubara terbesar ke-6 di Indonesia, PT Bukit Asam (PTBA), menargetkan peningkatan penjualan batubara dari 10 juta ton pada 2006 menjadi 18,9 juta ton sebelum 2010. "Target ini diterapkan seiring dengan kenaikan permintaan batubara dunia maupun domestik," kata Direktur Utama PT Bukit Asam, Sukrisno, di Jakarta, Selasa, dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Deputi Meneg BUMN Bidang Pertambangan, Industri Strategis, dan Telekomunikasi serta BUMN Tambang di Komisi VI DPR RI. Ia mengatakan, peningkatan permintaan batubara dunia maupun domestik akan terjadi dalam tiga tahun ke depan. Peningkatan permintaan batubara dunia itu akan diikuti juga dengan peningkatan suplai batubara oleh Australia, Indonesia, Kolombia, Afrika Selatan, dan China. "Permintaan batubara domestik dalam tiga tahun ini cukup tinggi, didorong adanya program 10.000 MW yang dicanangkan pemerintah," kata Sukrisno. Permintaan batubara domestik pada 2007 didominasi oleh PLTU yang membutuhkan pasokan hingga 35,2 juta ton per tahun, industri semen sebesar 7 juta ton per tahun, dan industri lainnya 5,3 juta ton per tahun. "Ini belum termasuk kebutuhan untuk PLTU 10.000 MW yang diperkirakan sebesar 40 juta ton per tahun," kata pria lulusan ITS itu. Proyeksi penjualan PTBA pada 2007 totalnya mencapai 12,25 juta ton. Menurut Sukrisno, hambatan terbesar dalam upaya peningkatan rencana penjualan adalah kondisi kereta api (sebagai angkutan utama) yang hingga kini merupakan monopoli PTKA. "Proyeksi penjualan diselaraskan dengan rencana peningkatan daya angkut kereta api, tetapi belum termasuk pengembangan jalur kereta api baru," katanya. Saat ini PTBA merupakan tambang batubara yang menguasai sumber batubara terbesar di Indonesia (sekitar 7,47 miliar ton atau 15 persen dari sumber daya batubara yang ada di Indonesia) dengan cadangan tertambang 1,85 miliar ton. Kontribusi PTBA berupa pajak dan non pajak yang disetor ke kas negara pada periode Januari hingga September 2006 mencapai Rp431,5 miliar.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007