Basra, Irak (ANTARA News) - Tentara Inggris di kota bandar minyak Basra, Irak selatan, menarik diri dari pangkalan mereka, yang diserang gencar, di jantung kota itu hari Selasa, yang pertama diserahkan kepada pasukan Irak, yang dengan lambat mengambilalih kendali keamanan. Perdana Menteri (PM) Inggris, Tony Blair, pada Februari 2007 menyatakan bahwa Inggris mulai menarik seperempat dari 7.000 tentaranya, yang ditempatkan sebagian besar di dan sekitar Basra, wilayah Syiah pada umunya tenang di Irak selatan, pada beberapa bulan akan datang. Panglima tentara Inggris di Irak selatan, Mayor Jenderal Jonathan Shaw, menyebut penarikan itu, pada peringatan keempat serbuan pasukan gabungan pimpinan Amerika Serikat ke Irak, sebagai penempatkan kembali tentaranya dan bukan penarikan. Ia membantah pernyataan bahwa tentara Inggris "dibom keluar" Gedung Tua Negara di pusat Basra, yang sering menjadi sasaran serangan mortir, dengan mengatakan penarikan itu sesuai dengan jadwal. Tentara itu pindah ke bandar udara Basra, yang terbesar dari empat pangkalan di tangan Inggris. Yang lain adalah hotel Shatt al-Arab di utara Basra, konsulat Inggris di istana Basra dan pangkalan besar perbekalan Shuaiba di barat kota itu. Tapi, kata Shaw, "rintangan terbesar" bagi Irak dalam mengambil penuh kendali atas propinsi Basra adalah pemahaman bahwa daerah itu tanpa hukum. "Pemahaman itu ditimbulkan oleh jumlah tinggi serangan atas pasukan lintas bangsa," katanya dalam temu pers dengan gubernur Basra dan panglima divisi 10 tentara Irak. Pejabat tentara Inggris tidak lagi berbicara tentang pengalihan kekuasaan Basra kepada pihak Irak pada musim semi ini. "Musim semi disarankan, tapi kami beralih dari jadwal dan menyatakan keadaan sudah tepat," kata jurubicara tentara Inggris Mayor David Gell kepada kantor berita Inggris Reuters. Sementara Basra tidak mengalami kadar kekerasan seperti di Bagdad, gerombolan kejahatan berakar di antara perseteruan pejuang Syiah dengan partai politik untuk menguasai kekayaan besar minyak daerah itu. Pasukan Inggris juga menyasar unsur kejahatan dalam tubuh polisi setempat. Dengan mencatat bahwa 90 persen pendapatan pemerintah Irak diperolah dari selatan itu, Shaw memperingatkan penduduk Basra jangan "membolehkan unsur jahat membelokkan warga ke pertengkaran dalam dan pertumpahan darah". Blair pada Februari mengatakan kepada parlemen bahwa jumlah pasukan Inggris di Irak akan dikurangi 1.600, tapi tentara tetap di sana sampai 2008 untuk memberikan bantuan dan pelatihan jika Irak menginginkan. Pada bulan sama, Inggris menyerahkan kepemimpinan satuan utama tentara Irak di Basra kepada pihak Irak. Sejumlah 132 tentara Inggris tewas di Irak sejak serbuan balatentara gabungan pimpinan Amerika Serikat 2003 untuk menggulingkan Presiden Saddam Hussein dan korban terahir jatuh kurang dari dua jam sebelum Blair mengumumkan rencana penarikan itu ke parlemen. Rencana penarikan tersebut menjadikan hanya beberapa ribu tentara Inggris, yang masih di Irak hingga tahun depan, sedangkan saat serbuan pimpinan Amerika Serikat pada Maret 2003 terdapat 46 ribu tentara. Menyusul penyerahan tanggungjawab keamanan propinsi Muthanna dan Dhi Qar kepada pasukan keamanan Irak, Blair mengatakan berharap pasukan Irak juga akan mengambilalih tanggungjawab keamanan propinsi Maysan dalam beberapa bulan mendatang, demikian Reuters. (*)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007