Semarang (ANTARA News) - Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang siap mengembangkan mobil dengan kapasitas mesin 2.500 cc setelah berhasil menciptakan yang versi 1.000 cc.
"Kebetulan, kami sedang mengembangkan yang 2.500 cc. Belum kami start, menunggu apabila ada bantuan riset daerah, misalnya," kata pengajar FT Unnes, Widya Ariadi, di Semarang, Selasa.
Widya merupakan pencetus mobil berbahan bakar biodiesel atau biosolar dengan kapasitas 1.000 cc yang didanai risetnya oleh pemerintah dengan waktu penggarapan dimulai sejak 2012.
Mobil karya tim Unnes dengan desain pikap dan angkutan pedesaan itu telah selesai dan sudah diuji coba oleh berbagai pihak, termasuk Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi yang akrab disapa Hendi.
Menurut dia, Unnes siap jika ada yang berkeinginan membiayai riset untuk pengembangan mobil dengan kapasitas lebih besar, yakni 2.500 cc, berbeda dengan konsep mobil 1.000 cc sebelumnya.
Namun, kata dia, penggunaan bahan bakar tetap menggunakan biodiesel karena lebih ramah lingkungan dan lebih efisien jika mesin yang digunakan cocok dengan kondisi bahan bakar tersebut.
Ia menjelaskan selama ini kebijakan penggunaan biosolar terkendala oleh kondisi mesin mobil diesel sekarang ini yang tidak cocok dengan jenis bahan bakar campuran solar dan minyak sawit itu.
"Makanya, kami coba meriset engine (mesin, red.) biodiesel 40 persen. Kalau selama ini kan antara biosolar 10-15 persen. Target kami, sampai 40 persen biodiesel," katanya.
Semakin tinggi persentasenya, menunjukkan campuran minyak sawit atau bahan bakar nabatinya kian tinggi, misalnya B10, yakni 10 persen minyak sawit, sementara 90 persennya minyak bumi.
Dengan adanya CSR (corporate social responsibility) riset, kata dia, Unnes berharap bisa mengembangkan riset untuk menciptakan prototipe mobil dengan CC lebih besar dan kemampuan lebih baik.
"Ya, bisa saja pembuatan prototipe mobil Semarang dengan konsep yang berbeda dari mobil 1.000 cc sebelumnya. Kami siap. Yang jelas, jangan sampai lembaga riset dibenturkan dengan lembaga pengadaan barang," katanya.
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016