Jakarta (ANTARA News) - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) meminta Perwakilan Perserikatan Bangsa Bangsa untuk Kemanusiaan (United Nations Office for Coordinator of Humanitarian Affairs - UNOCHA) membantu meringankan korban lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur. Permintaan tersebut dikemukakan Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi ketika menerima kunjungan Kepala UNOCHA untuk Indonesia Abdul Haq Amiri di Jakarta, Selasa. Hasyim meminta UNOCHA mencarikan dana guna membantu para pengungsi yang juga korban lumpur Lapindo. Bantuan itu diharapkan dapat secara langsung dirasakan manfaatnya bagi para korban. "Saya minta kepada Perwakilan PBB untuk menangani korban Lapindo langsung ke sasaran tanpa melalui birokrasi yang berbelit-belit," kata Hasyim. Dalam pertemuan itu Hasyim ditemani Ketua PBNU HM Rozy Munir, Wakil Ketua Lembaga Pelayanan Kesehatan NU Dr Ing Bina Suhendra dan Program Officer Community Based Disaster Risk Management Avianto Muhtadi. Hasyim mengakui secara kelembagaan PBB tak mungkin memberikan bantuan langsung pada warga maupun kepada PBNU yang merupakan organisasi kemasyarakatan. PBB, katanya, terikat dengan aturan birokrasi dengan pemerintah Indonesia. Namun Hasyim meminta agar dicari solusi sehingga bantuan bisa diberikan tanpa melalui birokrasi negara. "Kalau harus melalui birokrasi, bisa-bisa batuan belum sampai, sudah banyak warga korban lumpur Lapindo yang meninggal dunia," katanya. Hasyim usul bantuan disalurkan melalui mekanisme individu ke individu (person to person atau P to P), bukan antar pemerintah (government to government atau G to G). "Ini soal hidup dan mati, lho. Makan mereka tidak tertib, anak-anak rusak mental, bahkan ada yang bunuh diri. Masak harus menunggu satu tahun lagi untuk ditolong," katanya. Pada kesempatan itu Abdul Haq Amiri menyatakan, lembaga di bawah PBB yang dipimpinnya memang berkepentingan untuk membantu para korban berbagai bencana alam di Indonesia, khususnya korban lumpur Lapindo. Menurutnya, pihaknya merasa sangat perlu untuk melakukan kerja sama dengan PBNU.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007