Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyerukan negara anggota kelompok G-33 terus memperjuangkan aspek dan pilar pembangunan di negara-negara berkembang dalam perundingan Putaran Doha sehingga tercipta sistem perdagangan multilateral yang tetap, adil, dan transparan. Hal itu diungkapkan Presiden saat membuka pertemuan tingkat menteri G-33 di Hotel Gran Melia, Jakarta, Selasa malam. Menurut Presiden, pertemuan tersebut memiliki nilai strategis dan penting bagi G-33 karena diselenggarakan dengan latar belakang dimulainya kembali perundingan di Jenewa yang terhenti selama 10 bulan. Dalam pidatonya, Presiden menggarisbawahi pentingnya persatuan dan solidaritas kelompok G-33 dan negara berkembang lainnya dalam negosiasi Putaran Doha. "Sektor pertanian sangat penting bagi strategi pembangunan Indonesia karena sektor itu tidak hanya mempengaruhi pendapatan masyarakat pedesaan dan sumber penghidupan sekitar 25 juta petani Indonesia, tetapi juga menentukan kelangsungan hidup bagi 50 persen masyarakat miskin (petani) di Indonesia," kata Presiden. Untuk itu, Presiden menekankan pentingnya bagi negara-negara maju untuk memperkuat kemauan politis dan kepemimpinan dalam mengubah kebijakan perdagangan, pertanian guna mendorong perundingan Putaran Doha. "Bagi Indonesia, hal ini akan meningkatkan efisiensi produksi dan distribusi produk pertanian demi mengurangi pengangguran, penghapusan kemiskinan dan memperbaiki ketidakseimbangan pembangunan daerah," ujarnya. Di akhir pidatonya, Presiden mengharapkan pertemuan tersebut dapat menyatukan strategi kongkrit sebagai kontribusi kontruktif guna kemajuan perundingan Putaran Doha dan menjamin hasil yang transparan, adil dan berimbang. Sementara itu, Menteri Perdagangan dan Industri India, Kamal Nath yang turut dalam pertemuan itu mengatakan masalah yang sempat menjadi topik perundingan adalah mengenai SP (Special Products) dan SSM (Special Safeguard Mechanisme) namun diperlukan langkah kongkrit dari setiap anggota untuk lebih memiliki posisi tawar. Dia juga berharap berbagai kendala yang menghambat perundingan itu seperti tingginya subsidi dan tarif di negara maju dapat turunkan seperti harapan. Hadir dalam pertemuan itu sekitar 130 delegasi diantaranya Dirjen WTO Pascal Lamy, delapan menteri dan perwakilan negara anggota G-33. Pertemuan itu juga dihadiri Menteri Luar Negeri Brasil, Celso Luiz Nunes Amorim yang merupakan koordinator G-20, perwakilan dari Jepang yang mewakili G-10 dan Komisioner Eropa, Peter Mandelson, serta kelompok negara Afrika. Kehadiran perwakilan kelompok negara lain itu, lanjut Presiden, diharapkan dapat menambah bobot pertemuan dan memberi pemahaman yang lebih baik mengenai status perundingan serta perjuangan kelompok G-33 mengenai SP dan SSM. Pertemuan G-33 yang berlangsung hingga Rabu (21/3) itu akan menghasilkan sebuah komunike bersama.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007