Djakarta 6 Juni 1958 (Antara) - Kemis malam 5 Juni di Istana Negara dilakukan peringatan lahirnja Pantjasila.
Presiden Sukarno menjatakan Pantjasila telah memberikan bukti kepada kita, bahwa ia dapat mempersatukan bangsa Indonesia, hingga kita dapat merebut kemerdekaan dan mempertahankannja.
Berdasarkan ini Presiden menjampaikan permintaannja persoonlijk, supaja dalam menjusun UUD jang tetap soal Pantjasila ini djangan diperdebatkan lagi. Serupa halnja dengan warna bendera kita jang Merah Putih dan lagu kebangsaan kita Indonesia Raja, jang menurut harapannja djangan pula diperdebatkan lagi.
Presiden menjatakan bahwa Pantjasila adalah suatu Weltanschauung suatu pandangan hidup, suatu falsafah hidup. Ia pun membantah bahwa Pantjasila adalah "perasan" dari Budhisme.
Peringatan lahirnja Pantjasila jang diadakan di Istana Negara dihadiri oleh anggota2 Kabinet, Parlemen, Dewan Nasional, pemimpn2 partai. Tiga atau empat ribu undangan, sedang diluar puluhan ribu rakjat jang mendengarkan pidato2 melalui pengeras2 suara.
Dalam malam peringatan ini untuk pertama kali diperdengarkan Mars Pantjasila gubahan Sudarnoto.
Menteri Penerangan Sudibjo dalam pidato pembukaannya a.l. menjatakan bahwa peringatan lahirnja Pantjasila ini adalah jang pertama, dan mensitir utjapan seorang sardjana ia menjatakan, bahwa Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 telah mentjapai Republik Kesatuan jg dikiaskan sebagai kulit pembungkus, sedang isinja ialah hasrat rakjat jg tersimpul dalam Pantjasila.
Sumber : Bulletin Antara 1958/Pusat Data dan Riset ANTARA /pdra.antaranews.com/Twitter : @perpusANTARA
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016