Data tenaga kerja AS pada Mei yang jauh di bawah harapan menjadi salah satu faktor yang menekan dolar AS

Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin sore bergerak menguat sebesar 227 poin menjadi Rp13.368 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.595 per dolar AS.

Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada di Jakarta, Senin mengatakan bahwa nilai tukar rupiah bergerak menguat terhadap dolar AS menyusul adanya potensi penundanaan kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat pada bulan Juni.

"Data tenaga kerja AS pada Mei yang jauh di bawah harapan menjadi salah satu faktor yang menekan dolar AS. Akibat sentimen itu, pasar menilai sepertinya akan ada sentimen yang kuat kenaikan suku bunga akan ditunda," katanya.

Ia menambahkan bahwa laju penguatan rupiah juga ditopang oleh sentimen dari harga minyak mentah dunia. Kembali menguatnya laju harga minyak mentah memberikan sentimen positif pada negara penghasil komoditas seperti Indonesia.

Harga minyak mentah jenis WTI pada Senin (6/6) sore ini terpantau berada di level 49,18 dolar AS per barel, naik 1,15 persen. Sementara minyak mentah jenis Brent di posisi 50,21 dolar AS per barel, menguat 1,15 persen.

Analis Monex Investindo Futures Yulia Safrina menambahkan bahwa angka penggajian pekerjaan non pertanian (NFP) Amerika Serikat untuk bulan Mei telah mengejutkan pasar setelah menunjukan laju pertumbuhan tenaga kerja ke level rendah sejak tahun 2010.

"Angka NFP bulan Mei menjadikan pasar mengubah ekspektasi kenaikan suku bunga AS pada Juni menjadi Desember tahun ini," katanya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin (6/6) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp13.478 dibandingkan hari sebelumnya (3/6) Rp13.612.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016