"Bayi orangutan itu masih sehat. Kami terus berupaya melakukan perawatan secara intensif," kata Humas Komunikasi BOS Foundantion Nyaru Menteng, Monterado Fridman di Palangka Raya, Senin.
Ia mengatakan, penyitaan orangutan bersama BKSDA Kalteng yang diduga ditembak itu berasal dari Desa Bereng Rambang, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah (Kalteng).
Monterado yang akrab disapa Agung menjelaskan, kesehatan dan prilaku bayi orangutan tersebut mulai membaik. Sesuai observasi dokter hewan Yayasan BOS Foundantion Nyaru Menteng, terdapat beberapa luka tembakan dari peluru jenis senapan angin.
"Tetapi kami tetap harus memastikan apakah bayi orangutan tersebut benar-benar di tembak dengan senapan angin atau bukan dengan menunggu beberapa hari lagi dari hasil pemeriksaan x-ray," katanya.
Dr Hewan Yayasan BOS Foundantion Nyaru Menteng Maryos mengatakan, pada tanggal 1 Juni 2016 bersama BKSDA Kalteng menyita bayi orangutan dari warga desa Bereng Rambang dengan kondisi fisik sangat lemah akibat diduga ditembak oleh oknum tidak bertanggungjawab.
"Pascaditembaknya bayi orangutan tersebut, sampai saat ini kondisi keadaanya sudah cukup membaik setelah dilakukan perawatan intensif," kata Maryos.
Dia mengatakan, saat tiba di Yayasan BOS Foundantion Nyaru Menteng, bayi orangutan tersebut sangat sulit untuk bisa minum dan makan walaupun dipaksa.
"Namun, dengan observasi secara terus menerus dan sedikit bersabar, akhirnya bayi orangutan itu saudah mulai bisa minum," katanya.
Sampai saat ini, kata Maryos, kondisi kulit bayi orangutan tersebut sudah mulai membaik. Tetapi, setelah dilakukan pemeriksaan kembali, kami menemukan ada beberapa luka di bagian kaki kanan.
Ketika diraba dipermukaan tangan kanan bayi orangutan tersebut ada luka seperti bekas tembakan tetapi sudah mulai mengering. Sedangkan ditangan kiri, kemungkinan ada peluru.
"Tetapi kami belum dapat memastikan kapan akan dilakukan pemeriksaan melalui x-ray untuk mengetahui dimana saja letak peluru yang bersarang di badan bayi orangutan tersebut," demikian Maryos.
Pewarta: Ronny NT
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016