"Agar lebih bernuansa Yogyakarta, maka program One Day One Thousand (ODOT) diganti menjadi Sedino Sewu atau sehari seribu sejak Mei," kata Koordinator Bidang Pungutan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kota Yogyakarta Deni Riani di Yogyakarta, Senin.
Menurut dia, program S2 tetap memanfaatkan pola ODOT untuk mengumpulkan infak dari masyarakat yaitu dengan mendistribusikan kaleng yang kemudian digunakan layaknya celengan dan diisi uang Rp1.000 per hari.
"Kegiatan ini menjadi bagian dari program edukasi mengenai infak dan sedekah ke masyarakat," katanya.
Selain mendistribusikan kaleng ke warga, masyarakat juga dapat meminta kaleng S2 dengan datang langsung ke Baznas Kota Yogyakarta. Petugas dari Baznas kemudian akan mencatat data warga dan mengambil uang yang terkumpul secara rutin.
Setiap kaleng bisa digunakan untuk menyimpan uang hingga Rp200.000, namun rata-rata terisi sekitar Rp100.000 per kaleng.
Meskipun sudah diperbarui dengan program S2, namun warga yang memiliki kaleng untuk program ODOT tidak akan terpengaruh. "Namanya saja yang berubah, namun sebenarnya program tersebut tetap sama. Pengambilan dana tetap dilakukan secara rutin," katanya.
Sejak digulirkan pertama kali pada Oktober 2015, Baznas Kota Yogyakarta mampu mengumpulkan dana dari program tersebut sebesar Rp3,5 juta hingga Rp4 juta per bulan.
"Untuk program S2, kami sudah menyiapkan 100 kaleng namun baru ada 25 kaleng yang terdistribusi. Ada kendala dari sisi tenaga sehingga belum bisa mendistribusikan kaleng ke warga," katanya.
Berdasarkan penghitungan Baznas Kota Yogyakarta, potensi infak dari masyarakat bisa mencapai sekitar Rp1,5 miliar per bulan atau sekitar Rp18 miliar setiap tahunnya.
Seluruh dana yang terkumpul dari program tersebut akan digunakan untuk berbagai kegitan yang menjadi program unggulan Baznas Kota Yogyakarta seperti Jogja Taqwa, Jogja Cerdas, Jogja Sejahtera dan Jogja Peduli.
Pewarta: Eka Arifa
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016