Jakarta (ANTARA News) - Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) memastikan penyelenggaraan turnamen bulu tangkis Indonesia Terbuka 2017 masih berlangsung di Jakarta menyusul renovasi Stadion Istora Senayan jelang penyelenggaraan Asian Games 2018.
"Kami akui Indonesia tidak mempunyai gedung stadion yang layak untuk menggelar turnamen tingkat super series premier. Tapi, kami mendapatkan berkah Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games karena Istora dapat didesain ulang untuk menggelar Indonesia Terbuka 2018," kata Wakil Sekretaris Jenderal PBSI Achmad Budiharto selepas penutupan Indonesia Terbuka 2016 di Stadion Istora, Jakarta, Minggu malam.
Budiharto belum mengumumkan secara resmi lokasi penyelenggaraan Indonesia Terbuka 2017 menyusul proses penilaian Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) terhadap lokasi yang telah dipilih PBSI.
"Perwakilan BWF sudah meninjau calon lokasi penyelenggaraan, tapi kami belum menerima keputusan atas penilaian mereka," kata Budiharto.
Standar lokasi penyelenggaraan turnamen bulu tangkis tingkat super series premier itu, lanjut Budiharto, adalah jaminan atap yang tidak bocor sehingga air hujan tidak menetes ke lapangan, temperatur udara tidak terlalu panas untuk atlet dan penonton, serta kapasitas kursi penonton yang cukup.
"Tantangan kami untuk 2017 adalah kapasitas tempat duduk penonton yang lebih sedikit dibandingkan saat ini. Kami akan mencoba menyiasati hal itu karena pemain-pemain muda kami akan siap tampil pada tahun depan," kata Budiharto.
Ia menambahkan panitia penyelenggara Indonesia Terbuka 2016 telah mengantisipasi atap stadion yang bocor agar tidak mengganggu pertandingan. Tapi, panitia hanya sanggup memastikan satu lapangan yang tidak terganggu tetesan air hujan karena harus ditayangkan secara langsung oleh stasiun televisi.
"Penyelenggaraan turnamen telah berjalan dengan baik. Tapi, hasil pertandingan bagi Indonesia memang tidak menggembirakan karena baru kali ini putaran final Indonesia Terbuka tidak diikuti pemain-pemain tuan rumah. Ini akan menjadi tantangan bagi kami agar pemain muda lebih berkiprah dalam turnamen dalam negeri," kata Budiharto.
Sekretaris Jenderal BWF Thomas Lund mengapresiasi penyelenggaraan turnamen Indonesia Terbuka 2016 karena penonton di Jakarta masih bersemangat menonton laga final meskipun tidak ada perwakilan tuan rumah.
"Semua hal berjalan dengan baik. Tapi, saya tidak dapat menyebut detail evaluasi turnamen ini karena saya belum menerima laporan dari pengurus BWF," kata Thomas Lund.
BWF, lanjut Lund, mengharapkan penerapan sistem pemantauan garis lapangan dengan "hawk eye" pada setiap lapangan pertandingan bulu tangkis. Tapi, BWF masih terkendala harga penerapan "hawk eye" yang mahal.
Pewarta: Imam Santoso
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016