Jakarta (ANTARA News) - Kelompok negara berkembang G-33 yang mengadakan pertemuan tingkat menteri di Jakarta, pada 20-21 Maret 2007, jangan melunak terhadap kemauan negara maju, terutama Amerika Serikat (AS), sehingga posisi G-33 tetap kuat dalam perundingan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), demikian HKTI. "G-33 jangan sampai melemah," kata Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Sutrisno Iwantono, di Jakarta, Selasa, menanggapi pertemuan G-33 itu. Ia mengatakan, kedatangan Dirjen Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Pascal Lamy, ke Indonesia pada 20-21 Februari 2007 belum tentu 100 persen netral. Ia khawatir, Lamy membawa kepentingan negara maju, terutama dalam masalah pertanian. Iwantono mengatakan, negara maju, terutama AS, terus melakukan serangkaian lobi bilateral, agar kepentingan mereka dapat diterima. "Sehingga, pertemuan G-33 harus lebih memperkuat posisi kita," ujar Iwantono, yang juga Presiden Koperasi Petani Asia. Iwantono meminta, pemerintah bertahan dan memperjuangkan konsep produk khusus atau "Special Product" (SP) dan mekanisme pengamanan khusus atau "Special Safeguard Mechanism" (SSM) yang sudah disepakati dalam pertemuan WTO di Hongkong. SP dan SSM akan membebaskan produk-produk pertanian tertentu di negara miskin dan berkembang untuk tidak diikutsertakan dalam perdagangan bebas sehingga diharapkan bisa meningkatkan kualitas hidup petani-petani di negara miskin dan berkembang. Namun keengganan negara maju, khususnya AS, menerima konsep tersebut membuat perundingan WTO macet. Iwantono mengharapkan, pertemuan G-33 menyepakati, agar cakupan SP mencapai 20 persen dari seluruh tarif. Pertemuan juga harus merumuskan model SSM yang mudah dan sederhana dalam implementasinya. Selain itu, katanya, G-33 sebaiknya melakukan komunikasi dengan negara-negara yang mempunyai persoalan yang mirip, terutama dengan negara berkembang lainnya atau negara negara maju yang juga punya masalah sama. "Kalau bisa ditingkatkan lagi negara yang masuk dalam G-33," katanya. Iwantono meminta pula, agar organisasi tani di masing-masing negara anggota G-33 dilibatkan dalam pertemuan karena banyak masalah pertanian yang dibicarakan di WTO. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007