London (ANTARA News) - Dokter warga negara Indonesia lulusan luar negeri harus berjuang keras untuk bisa praktek di tanah air karena harus menyerahkan ijazah ke Kemenristekdikti guna penyetaraan, selain mengikuti prosedur Konsil Kedokteran Indonesia dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Dokter WNI lulusan luar negeri juga harus mendaftarkan ke Konsil Kedokteran Indonesia untuk bisa mengikuti placement test yang diadakan Kolegium Ikatan Dokter Indonesia (IDI), kata dr Dennis Ardianto, perwakilan dokter lulusan Rusia kepada Antara London, Minggu.
Tidak mudahnya dokter lulusan LN praktek di Indonesia terungkap dalam pertemuan dokter Indonesia lulusan Rusia dengan Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) yang diketua Prof. Dr. dr. Bambang Supriyatno, Sp.A.
Dalam pertemuan itu juga hadir dr Adhitryawan Cahyawardhana, dr Andre Septiyanto, dr Rani Uliartha Siregar dan dr Rayhan Iswandi sementara dari KKI selain Prof. Dr. dr. Bambang Supriyatno, Sp.A (K) juga Wakil Ketua I Dr. drg. Laksmi Dwiati, MHA.
Menurut dr Dennis Ardianto, dokter lulusan luar negeri harus memperjuangkan nasib pergi merantau mendapatkan ilmu kedokteran di negeri seberang dan ingin kembali ke tanah air mengamalkan ilmu yang dipelajarinya untuk bisa membangun bangsa dan negara Indonesia.
Namun mengalami permasalahan karena tidak serta merta mereka bisa mengamalkan ilmu yang telah dipelajarinya untuk berpraktik sebagai seorang dokter, ujarnya.
Dalam pertemuan Ketua KKI menjelaskan mengenai proses adaptasi dokter lulusan luar negeri dilanjutkan penjelasan Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 41 tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Program Adaptasi Dokter dan Dokter Gigi Warga Negara Indonesia Lulusan Luar Negri.
Seorang dokter WNI lulusan luar negeri yang ingin mengabdi bagi bangsa dan negaranya tidak serta merta hanya dengan niatan kembali ke tanah air untuk mengabdi dan bisa langsung berpraktik di Indonesia, ada sekelumit proses yang cukup panjang yang harus dilalui dokter lulusan luar negri, ujarnya.
Setelah serangkaian proses dilalui akan ada surat ke KKI untuk kemudian dari KKI mengeluarkan surat pengantar ke universitas agar bisa melakukan proses adaptasi.
Proses adaptasi di universitas lokal Indonesia untuk dokter umum lulusan luar negeri memakan waktu maksimal setahun sedangkan dokter spesialis lulusan luar negeri maksimal enam bulan.
Jika seorang dokter selama di luar negeri belum melakukan proses internship maka setelah proses adaptasi mereka perlu meluangkan waktu setahun guna menjalani internship. Apabila selama di luar negeri sudah melakukan Internship dan memiliki sertifikat maka setelah adaptasi tidak lagi perlu menjalani internship.
Selama ini ada proses yang cukup lama ketika seorang dokter lulusan luar negeri mau mengurus dokumen guna mendapatkan surat pengantar untuk bisa dibawa ke universitas, namun menurut Ketua KKI dengan adanya Peraturan terbaru proses sampai keluarnya surat pengantar ke universitas sekarang maksimal sebulan.
Proses selanjutnya sang Dokter yang mau mengabdi harus mencari sendiri universitas yang mau membuka pintu menerima dokter lulusan luar negeri untuk bisa melakukan proses adaptasi.
Saat ini tercatat tidak banyak universitas yang membuka pintu tersebut. Hal inilah yang membuat proses menjadi lebih lama dikarenakan tempat yang terbatas dari universitas yang menerima dokter yang mau melakukan adaptasi.
Proses menunggu ini bisa memperpanjang waktu sampai 1-2 tahun. Poses adaptasi ini juga memerlukan biaya yang tidak sedikit di mana sepenuhnya ditanggung dokter yang melakukan proses adaptasi.
Konsil Kedokteran Indonesia tidak berwenang mengatur universitas agar menerima dokter lulusan luar negeri bisa beradaptasi sebab kewenangan tersebut berada di bawah Kemenristekdikti.
Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016