"Insya Allah ditakdirkan Allah, umat- Nya bertemu Ramadhan. Apakah Senin (6 Juni) atau Selasa (7 Juni), tunggu informasi dari Kementerian Agama. Awal puasa ya 1 Ramadhan, Idul fitri juga tidak perlu repot, pasti 1 Syawal. Biarlah para pimpinan berijtihad. Kita doakan ijtihad mereka ikhlas, sehingga hasilnya benar," tutur dia di Jakarta, Sabtu.
"Kita diperintahkan Allah membekali diri. Bekal terbaik adalah takwa, melalui salah satunya wasilah puasa. Berpuasa selama sebulan mendatang merupakan sarana menyiapkan bekal yang terbaik," tambah dia.
Hidayat mengatakan, penentuan 1 Ramadhan merupakan bagian dari kerangka ijtihad--usaha sungguh-sungguh dari siapa saja yang sudah berusaha mencari ilmu untuk memutuskan suatu perkara-- yang dimungkinan.
"Menurut saya ini semua dalam kerangka ijtihad yang dimungkinkan. Kita jangan menyikapinya dengan menghadirkan konflik, saling fitnah," kata dia.
"Yang menjadi fokus jangan mempermasalahkan awal puasa, tetapi mengapa orang tidak berpuasa. Lalu, kadang repot mempermasalahkan kapan Idul Fitri. Seharusnya fokus pada mengapa orang tidak solat," tambah Hidayat.
Kendati begitu, politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu berharap sidang isbat Minggu esok tak berbeda dengan hasil perhitungan Muhammdiyah, yang telah menetapkan awal Ramadhan pada 6 Juni mendatang.
"Mudah-mudahan rukyat isbat besok sama dengan Muhammadiyah. Kalaupun berbeda, yang dipentingkan umat jangan menyikapinya dengan menghadirkan masalah," tutur Hidayat.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016