Kupang (ANTARA News) - Banjir bandang berpotensi terjadi di dua kecamatan di Kabupaten Manggarai Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), yakni Lamba Leda dan Cibal yang pada 1-3 Maret 2007 dilanda bencana tanah longsor hingga menewaskan 43 warga, serta puluhan rumah tertimbun tanah. "Potensi banjir bandang itu merupakan hasil rekomendasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, yang juga disampaikan kepada Gubernur NTT dan Bupati Manggarai," kata Kepala Biro Humas Setda NTT, Drs Eduard Gana, di Kupang, Selasa. Rekomendasi yang ditandatangani Kepala Bagian Tata Usaha (KTU) Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geilogi, Ir Iman K. Sinulingga itu disampaikan kepada Kepala Badan Geologi, Ketua Pelaksana Harian Badan Koordinasi Nasional (Bakornas) Penanggulangan Bencana (PB), Gubernur NTT dan Bupati Manggarai. Rekomendasi tersebut didasari pada hasil pemeriksaan bencana alam gerakan tanah yang dilakukan di Kecamatan Cibal dan Lamba Leda, pasca bencana tanah longsor 1-3 Maret 2007. Gana mengatakan, menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi potensi banjir bandang itu dilatari oleh intensitas curah hujan yang masih tinggi yang dapat memicu longsoran susulan dan adanya material longsoran yang menimbun aliran sungai. Karena itu, banjir bandang berpotensi terjadi pada alur sungai Wae Pesi, Wae Racang dan Wae Renca, Kecamatan Cibal dan alur sungai Wae Naong, Kecamatan Lamba Leda. Cibal merupakan daerah lereng perbukitan dengan kemiringan lereng antara 40-80 derajat, ketinggian lereng 500 hingga 1.250 meter di atas permukaan laut. Pada bagian lerengnya terdapat banyak alur sungai dan pada bagian lembah mengalir sungai Wae Pesi, Wae Rancang dan Wae Renca. Lemba Leda merupakan daerah lembah yang dikelilingi perbukitan terjal, bahkan pada titik tertentu sangat terjal. "Untuk mencegah kemungkinan banjir bandang itu, dianjurkan mengeluarkan material longsoran yang menimbun badan jalan dan aliran sungai serta membebaskan jebakan air yang terbentuk akibat tumpukan material longsor," ujar Gana, mengutip penegasan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Pusat Vulkanologi juga melarang masyarakat membuat pemukiman baru dan pemotongan lereng di bagian bawah yang terjal, karena rentan menimbulkan bencana tanah longsor susulan. Bahkan, merekomendasikan agar pemukiman yang ada di sepanjang jalan Ruteng-Reok dan daerah yang longsor harus segera ditinggalkan, karena dianggap tidak layak huni. "Selain tidak boleh beraktivitas di material longsoran, karena curah hujan masih tinggi, untuk sementara waktu penduduk yang tinggal di daerah lereng diungsikan ke tempat yang lebih aman," ujar Gana. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007