Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Amerika Serikat melalui Badan Perdagangan dan Pembangunan AS (USTDA) menghibahkan senilai 700.000 dolar Amerika Serikat untuk mengembangkan sistem keselamatan penerbangan di Kawasan Timur Indonesia.
Manajer Regional Asia USTDA, Mark J Dunn, saat ditemui usai Seminar Kelompok Kerja Penerbangan Indonesia-AS di Kementerian Perhubungan, Jakarta, Kamis (2/6), mengatakan, jangka waktu kerja sama tersebut selama empat tahun.
"Selain menyumbangkan berupa dana, kami juga akan mengirimkan sejumlah personel sebagai asistensi teknis," ucapnya.
Dunn berharap asistensi teknis bisa berjalan cepat, sekira sembilan atau 12 bulan bisa selesai.
Dia menjelaskan hibah tersebut akan digunakan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan untuk merekrut kontraktor dari perusahaan yang akan memberikan asistensi teknis.
"Mereka (perusahaan) akan bekerja di bawah arahan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara," ujarnya.
Terkait jumlah personel, Dunn mengatakan pihaknya belum menentukan untuk saat ini, tergantung kepada perusahaan Amerika Serikat yang akan ditunjuk untuk menjalankan tugas tersebut.
"Perusahaan-perusahaan tersebut bisa memilih untuk bergabung dengan perusahaan lokal (Indonesia) menjadi tim," tuturnya.
Dunn mengatakan bantuan tersebut bukan yang pertama kalinya diberikan tahun ini, pada 2011 atau 2012 juga pihaknya juga pernah memberikan bantuan yang sama untuk meningkatkan keselamatan penerbangan.
"Jadi, kami memberikan asesmen terhadap kerentanan keamanan apa saja yang missed serta memberikan rekomendasi untuk teknologi dan proses," jelasnya.
Dia mengatakan pihaknya berfokus ke pengembangan wilayah Timur Indonesia, terutama Maluku dan Papua untuk meningkatkan keselamatan manajemen lalu lintas penerbangan.
Ditemui dalam kesempatan yang sama, menyambut baik pemberian hibah tersebut karena saat ini penanganan keselamatan dan keamanan penerbangan semakin serius dari waktu ke waktu.
"Karena itu kita harus meningkatkan dalam hal baik itu perlatan, sistem maupun prosedurnya," tambahnya.
Menurut dia, bandara-bandara di wilayah Timur, terutama Papua rata-rata pengamanannya kurang ketat, tetapi penerbangannya nisbi aman.
"Ada 15 lapangan terbang perintis di Indonesia dan itu rata-rata aman meski kurang terjaga," katanya.
Namun, menurut Jonan, faktor keselamatan dan keamanan harus menjadi perhatian serius karena meski pengamanan bandara sangat ketat, kecelakaan bisa saja terjadi, seperti Egypt Air yang terbang dari Bandara Internasional Charles de Gaulle, di Paris, Prancis.
Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Robert Blake, mengatakan hibah itu untuk mendukung program Presiden Joko Widodo dalam mengembangkan bandara-bandara di kawasan timur Indonesia, seperti Papua, Labuan Bajo (NTT dan lainnya.
"Tempat-tempat tersebut pernah saya kunjungi dan sangat indah, dengan infrastruktur yang memadai, bisa memfasilitasi bukan hanya untuk pariwisata, tetapi juga untuk bisnis," tukasnya.
Pembiayaan tersebut akan difokuskan pada modernisasj navigasi udara, infrastruktur bandara, keamanan dan keselamatan penerbangan, pelayanan pengembangan dan pertumbuhan dukungan penerbangan, analisis kapasitas ruang udara dan bandara, perencanaan dan pengembangan, keterpaduan dan akses penerbangan umum serta keamanan kargo.
Pewarta: Juwita Rahayu
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016