Jakarta (ANTARA News) - Pemilihan kepala daerah DKI Jakarta yang menyisakan waktu empat bulan lagi, yakni bulan Agustus mendatang, terus dimanfaatkan oleh dua calon gubernur untuk "bertarung", salah satunya melalui pemasangan kalender dengan foto masing-masing. Kalender 2007 itu, hasil pantauan Antara, Selasa, telah terpasang di sejumlah tempat umum, seperti di mushalla, gardu listrik, pertokoan, serta rumah milik warga. Pada kalender tersebut, kedua calon gubernur sama-sama mengenakan pakaian resmi berjas dan berpeci. Kalender berposter Adang tampak ditempel di dinding pertokoan yang ada di Jalan Agus Salim dan Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Sementara kalender bergambar Fauzi Bowo terpasang di mushalla Stasiun Senen. Pada kalender bergambar Fauzi Bowo tertulis Dr.Ing. H. Fauzi Bowo, Ketua Tanfidziyah Pimpinan Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Provinsi DKI Jakarta. Masih dalam lembar kalender yang sama, di sebelah kanan poster Fauzi Bowo juga terdapat poster KH.M. Siddiq Fauzi, Rois Syuriyah PWNU Provinsi DKI Jakarta Partai besar seperti Golkar, PPP, dan PDIP yang tergabung dalam koalisi 16 partai di Jakarta telah menetapkan Fauzi Bowo yang kini menjadi wakil gubernur DKI Jakarta.Sementara PKS yang mendulang suara terbanyak pada Pemilu nasional 2004 silam, lebih dulu mewartakan ke publik dengan calonnya Adang Daradjatun, yang sebelumnya mantan Wakapolri. Sebelumnya, Presiden PKS Tifatul Sembiring menyayangkan hanya dua bakal calon gubernur, yakni Fauzi Bowo atau Foke yang didukung oleh 16 partai yang berkoalisi dan Adang Daradjatun yang diusungkan PKS. "Jika banyak calon, maka pilkada akan lebih meriah dan masyarakat Jakarta bisa memilih sesuai pilihannya, tidak terpasung dan terbatas dua orang," katanya. Tifatul menjelaskan, partainya menyayangkan sejumlah tokoh lokal yang sebelumnya menjadi bakal calon untuk turut berpartisipasi seperti Agum Gumelar, Faisal Basri, dan Sarwono, serta Bibit Waluyo ternyata tidak masuk dalam bursa pencalonan. "Ini menimbulkan pertanyaan sekaligus mengurangi alternatif pilihan masyarakat terhadap figur yang ingin memperbaiki ibukota," katanya. Meski berhadapan dengan koalisi partai pendukung Foke, Tifatul mengaku tidak terkepung. Namun, pihaknya ingin seluruh peserta bermain sesuai aturan. "Mari bermain sesuai aturan main. Jangan terkesan arogan dan memandulkan demokrasi," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2007