Tidak ada hukuman apapun karena sudah sudah diselesaikan

Jakarta (ANTARA News) - Kepala Pelatih sektor ganda campuran Indonesia Richard Mainaky selamat dari hukuman setelah melempar handuk kepada wasit seusai laga antara Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir melawan pasangan asal Denmark Kim Astrup/Line Kjaersfeldt pada putaran kedua BCA Indonesia Open Super Series Premier 2016 di Istora Senayan, Jakarta, Kamis.


"Richard, wasit, dan referee (pemimpin turnamen) sudah berbicara dan dipastikan tidak akan terjadi lagi. Jadi masalah dianggap selesai," kata Events Director Federasi Bulu Tangkis Dunia Darren Parks di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta, Kamis.


Richard terancam sanksi peringatan hingga hukuman tidak dapat mendampingi anak asuhnya selama setahun.


"Tidak ada hukuman apapun karena sudah sudah diselesaikan," ujar Darren. Menurut dia, Richard sudah meminta maaf kepada wasit Pekka Lehto asal Swedia.


"Tentu saja (tindakan itu) tidak bisa diterima, tetapi ia sudah diberi peringatan dan sudah minta maaf. Tidak ada hukuman lebih lanjut," katanya.

Saat skor 16-17 di game kedua, pukulan dari pasangan Denmark sempat menjadi perdebatan. Hakim garis menyatakan bahwa pukulan itu keluar, Kim/Line mengajukan protes yang kemudian disetujui wasit kalau pukulan itu masuk. Sehingga poin pindah ke pasangan Denmark dengan kedudukan menjadi 16-18.


Setelah insiden tersebut, Tontowi/Liliyana hanya mampu menciptakan satu poin. Mereka gagal menyelamatkan game kedua. Mereka pun kalah di hadapan para pendukungnya yang memadati Istora Senayan.


Kejadian itu membuat pelatih Tontowi/Liliyana, Richard Mainaky protes tetapi tidak ditanggapi. Game berakhir dengan kemenangan Kim/Line dengan skor 21-19, 21-17 atas Tontowi/Liliyana.


Usai pertandingan, Richard menuju lapangan tiga kemudian melempar handuk ke arah wasit Pekka Lehto dan mengenai pahanya. Pekka hanya mengambil handuk tersebut dan mengembalikannya ke tempatnya.

Sementara itu, ditanya mengenai kebijakan challenge (meminta tayangan untuk memastikan apakah bola keluar atau masuk) yang menggunakan Hawkeye, Darren mengatakan, saat ini baru musim ketiga Hawkeye digunakan pada cabang bulu tangkis.

Hawkeye pertama kali dipakai pada bulu tangkis pada turnamen Super Series Final yang berlangsung Desember 2013.

Darren mengatakan, kebijakan penggunaan Hawkeye atau challenge dalam bulu tangkis hanya berlaku di lapangan utama (TV court) pada turnamen super series, dan pada turnamen-turnamen tertentu.

"Saat ini ya, hanya digunakan di lapangan 1 (TV court) dan hanya pada saat babak utama untuk turnamen Super Series," ujarnya.

Sementara untuk Kejuaraan Dunia, Piala Sudirman dan Piala Thomas dan Uber Hawkeye digunakan sejak turnamen dimulai tetapi tetap tidak di semua lapangan, hanya pada lapangan yang disiarkan televisi (TV court).

"Hawkeye akan terpasang di seluruh lapangan pada turnamen Olimpiade," tambahnya.

Ia memastikan kebijakan tersebut tidak akan merugikan atlet yang tidak bertanding di lapangan yang dipasangi Hawkeye karena menurutnya hakim garis dan wasit sudah bekerja dengan baik.

Pewarta: Monalisa
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016