Lebak (ANTARA News) - Kasus penderita diare di Kabupaten Lebak, Banten, sejak Januari-Mei 2016 menembus di atas 8.000 orang dan dilaporkan tidak ada korban jiwa.
"Sampai saat ini, kasus diare cukup tinggi dan masuk kategori 10 besar jenis penyakit," kata Kepala Bidang Pencegahan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak dr Firman Rahmatullah saat dihubungi di Lebak, Kamis.
Penyebaran penyakit diare itu akibat berbagai faktor antara lain rendahnya pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), buruknya sanitasi, dan kurangnya tingkat kebersihan lingkungan masyarakat.
Bahkan, masyarakat Kabupaten Lebak masih banyak ditemukan buang air besar (BAB) di kebun maupun daerah aliran sungai.
Untuk itu, pihaknya terus melakukan penyuluhan-penyuluhan kesehatan, mulai tingkat rukun warga hingga kecamatan agar membiasakan pola PHBS yang baik.
Selain itu, warga jangan membuang air besar di kebun atau sungai karena penyebaran bakteri diare sangat berpotensi menularkan kepada warga lain.
Apalagi saat ini memasuki musim kemarau sehingga rawan terhadap penyebaran kasus diare tersebut.
Penyuluhan tersebut merupakan salah satu upaya untuk mengurangi penularan kasus penyakit diare.
Meskipun penderita diare di Lebak hingga mencapai ribuan orang, namun tidak ditemukan korban meninggal dunia.
"Kami berharap peran serta masyarakat bangkit untuk meningkatkan sanitasi yang baik dan meninggalkan perilaku BAB di sembarangan tempat," katanya.
Menurut dia, saat ini angka sanitasi di Kabupaten Lebak baru mencapai 58 persen dari jumlah penduduk 1,2 juta jiwa.
Sedangkan, sisanya sekitar 42 persen perlu ditingkatkan penggunaan sanitasi dan air bersih untuk meminimalisasi kasus diare.
Peningkatan sanitasi tersebut bisa dibantu melalui alokasi dana desa (ADD) maupun berbagai kegiatan satuan kerja perangkat daerah (SKPD).
Selain itu juga peran serta masyarakat memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan kualitas derajat kesehatan dengan membangun MCK secara swadaya maupun kebersihan lingkungan.
"Saya kira tingginya kasus diare akibat rendahnya PHBS juga tingkat kebersihan lingkungan yang kurang," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Puskesmas Kolelet Rangkasbitung Hasanah mengatakan, pihaknya tak henti-hentinya melakukan penyuluhan PHBS di setiap pengajian, majelis taklim dan sekolah-sekolah, serta lingkungan masyarakat.
"Selama saya giatkan penyuluhan PHBS, saat ini kasus diare berkurang," katanya.
Pewarta: Mansyur
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016