"Gempa tadi pagi terjadi akibat subduksi lempeng Indo Australia dengan Eurasia, polanya sama dengan gempa 30 September 2009 tapi terjadi di segmen yang berbeda," kata dia di Padang, Kamis.
Menurutnya secara intensitas gempa yang terjadi pada 30 September 2009 memiliki guncangan yang lebih kuat dengan skala mencapai 7,9 Skala Richter, sementara gempa tadi pagi kekuatannya 6,5 Skala Richter.
"Karena secara guncangan gempa 30 September lebih kuat skala kerusakan dan korban jiwa juga lebih besar," lanjutnya.
Akan tetapi kedalaman kedua gempa tersebut sama yaitu 72 kilometer dan jarak episentrum juga sama, tambah dia.
Ia menduga gempa yang terjadi Kamis pagi merupakan pelepasan energi sisa karena setelah kejadian tidak ada gempa susulan yang signifikan.
"Kalau gempa pada lokasi baru biasanya akan diikuti susulan dengan skala hingga tiga hingga lima Skala Richter usai kejadian pertama," ujarnya.
Pada sisi lain Badrul mengkhawatirkan potensi gempa di segmen Siberut yang saat ini belum melepas dua per tiga energi.
Terkait kesiapan warga menghadapi gempa ia menilai sudah lebih baik dibandingkan sebelumnya dibuktikan tidak terjadi kepanikan dan kemacetan.
Tiga bulan lalu pada Maret juga terjadi gempa namun saat itu kendati guncangannya tidak sekuat Kamis pagi tetapi situasi lebih semrawut, lanjutnya.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat gempa yang mengguncang Sumbar pada Kamis pagi menyebabkan 56 rumah rusak, tiga luka berat dan 13 orang luka ringan.
Di Pesisir Selatan ada 14 korban luka dan 11 rumah rusak di Kecamatan Lenggayang, Ranah Pesisir dan Linggo Sari Baganti, kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho.
Ia menyebutkan hingga saat ini masih dilakukan pendataan yang mengalami kendala akibat hujan dan listrik padam.
Pewarta: Ikhwan Wahyudi
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016