Sleman (ANTARA News) - Badan Meteotologi Klimatologi dan Geofisika Yogyakarta menyatakan beberapa wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta, terutama di daerah pesisir-pesisir selatan saat ini sudah mulai masuk musim kemarau.
"Beberapa titik di DIY saat ini sudah masuk kemarau, terutama di bagian pesisir sudah ada indikasi awal kemarau. Curah hujan sepuluh harian di beberapa titik tersebut kurang dari 50 milimeter per detik," kata Koordinator Pos Klimatologi Badan Meteotologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta Joko Budiono, Kamis.
Menurut dia, datangnya musim kemarau di DIY baru dapat dipastikan nanti setelah data dari seluruh daerah di wilayah setempat sudah masuk.
"Nanti setelah semua data dari seluruh wilayah di DIY masuk, baru akan kami analisa daerah mana saja yang sudah masuk kemarau," katanya.
Ia mengatakan, dari prakiraan awal musim kemarau akan dimulai dari selatan DIY pada dasarian kedua Mei, menjalar ke utara pada dasarian ketiga.
"Bila dibandingkan dengan kondisi normalnya, awal kemarau tahun ini mundur dua hingga tiga dasarian. Atau 20 sampai 30 hari," katanya.
Joko mengatakan, hujan yang masih turun di wilayah DIY dalam beberapa hari terakhir ini karena ada faktor global. Yakni menguatnya angin pasat timuran yang berdampak pada penambahan massa uap air di Samudera Pasifik menuju ke wilayah Indonesia.
"Kemudian faktor regional, yaitu adanya konvergensi atau pertemuan angin di atas Jawa. Akibat munculnya daerah tekanan rendah di barat Sumatera. Suhu permukaan laut di pesisir selatan Jawa cukup hangat dengan anomali satu sampai dua derajat Celcius," katanya.
Ia mengatakan, faktor ketiga yaitu topografi, utamanya dataran tinggi akan lebih mudah dan cepat dalam pembentukan awan.
"Melihat tiga faktor tersebut maka potensi pembentukan awan hujan masih akan terjadi di wilayah DIY, hingga beberapa hari ke depan. Musim kemarau juga bukan berarti tidak ada hujan," katanya.
Potensi hujan yang masih terjadi ini, kata dia, masyarakat terutama petani diimbau untuk memperhatikan pola tanam dengan menyesuaikan dengan kondisi iklim yang terjadi.
"Masyarakat di wilayah utara dengan topografi daerah dataran tinggi untuk beradaptasi, karena masih berpotensi mendapat hujan," katanya.
Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016