Baghdad (ANTARA News) - Irak dijadwalkan melaksanakan hukuman mati terhadap pembantu Saddam yang juga mantan wakil presiden, Taha Yassin Ramadan, Selasa, saat negara tersebut memperingati empat tahun serbuan pasukan pimpinan Amerika Serikat, kata salah satu pengacara dalam tim pembela Saddam, Senin. "Pihak Amerika menelefon pengacara Ramadan dan memintanya bersiap-siap karena Ramadan akan digantung Selasa pukul 02:30 waktu setempat (06:30 WIB)," kata seorang pengacara, Badie Aref, seperti dilaporkan AFP. Ia menambahkan bahwa ia diberitahu mengenai rencana pelaksanaan hukuman mati tersebut oleh pengacara Ramadhan yang minta identitasnya tidak disebutkan. "Mereka (militer AS) membolehkan Ramadan menelefon keluarganya. Dia sangat sabar dan tenang. Dia meminta keluarga dan teman untuk mendoakan dirinya dan dia berkata tidak takut kematian." Ramadan, lahir 1938, akan menjadi pembantu ketiga Saddam yang digantung atas kejahatan terhadap kemanusiaan karena perannya dalam pembunuhan 148 orang Syiah asal kota Dujail pada dasawarsa 80-an, menyusul luputnya Saddam dari usaha percobaan pembunuhan. Saddam digantung atas peristiwa Dujail pada 30 Desember dan kemudian disusul dua orang kaki tangannya, Barzan Ibrahim At-Tikriti dan Awad Ahmed al-Bandar, pada 15 Januari. Pengadilan banding Irak pada Kamis memperkuat hukuman mati pada Ramadan. Dia divonis pada 12 Februari oleh Pengadilan Tinggi Irak yang mengadili para mantan pejabat rezim tersebut. Hukuman itu secara otomatis ditinjau ulang oleh majelis banding, yang memperkuat hukuman gantung itu. Mantan wakil presiden itu semula dijatuhi hukuman penjara seumur hidup atas peristiwa Dujail, tetapi jaksa mengajukan banding agar terpidana itu juga dihukum mati. Human Rights Watch, yang berkantor pusat di Amerika Serikat, telah mendesak Irak agar tidak melaksanakan hukuman mati terhadap Ramadan karena mereka berpendapat tidak ada bukti yang cukup untuk mengaitkan dia dengan peristiwa Dujail. "Ramadan dihukum dalam sidang yang tidak adil, dan memperberat hukumannya dari penjara seumur hidup menjadi hukuman mati berbau balas dendam," kata Richard Dicker dari Program Keadilan Internasional organisasi tersebut, dalam pernyataan bulan lalu. Meskipun ada keberatan dari seluruh dunia terhadap hukuman mati tersebut, para pemimpin Irak termasuk Perdana Menteri Nuri al-Maliki telah mengatakan mereka memutuskan untuk menghukum para mantan pejabat rezim Saddam. Ramadan ditangkap oleh petempur Kurdi di Mosul, Irak utara, pada Agustus 2003 dan diserahkan kepada pasukan Amerika Serikat. Pada 1970, dia membentuk "Tentara Rakyat", yang merupakan sayap bersenjata Partai Baath, dan dia adalah anggota Dewan Komando Revolusioner, kekuasaan tertinggi di bawah Saddam. Tentara Rakyat diduga menangkap para tersangka dan menyerahkan mereka ke pihak keamanan Irak serta intelijen, menyusul gagalnya percobaan pembunuhan terhadap Saddam di Dujail pada 1982. Sesudah serangan itu, 148 warga desa ditangkap dan tidak pernah terlihat lagi. (*)

Copyright © ANTARA 2007