Jakarta (ANTARA News) - Kerja sama PT Pertamina (Persero) dengan perusahaan migas Rusia, Rosneft Oil Company dalam pembangunan kilang Tuban, Jawa Timur, dinilai sebagai langkah strategis bagi pengembangan sektor hulu yang akan memperkuat cadangan energi nasional.

"Apabila Pertamina bisa mendapatkan peluang memperkuat bisnis melalui trade off, saya kira itu sangat bagus," kata Direktur Indonesia Petroleum Association (IPA), Sammy Hamzah di Jakarta, Rabu.

Sammy mengatakan dalam bisnis migas yang membutuhkan modal besar, risiko tinggi, teknologi tinggi serta pada "time horizon" yang lama, memang cara pandangnya harus dilihat secara holistik (keseluruhan).

Pertamina berpotensi mendapat tambahan produksi minyak 35 ribu barel per hari (bph) dan cadangan sebesar 200 juta barel dari kerja sama dengan Rosneft sebagai bagian kesepakatan dalam proyek pembangunan Kilang Tuban yang ditandatangani, pekan lalu.

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Petrokimia, Ahmad Widjaja mengatakan proyek pembangunan Kilang Tuban dengan menggandeng Rosneft merupakan sebuah keputusan pemerintah yang baik, karena semata-mata tidak selalu bermitra dengan Timur Tengah.

"Keputusan ini harus dipastikan sebagai sebuah keputusan politik dan menghasilkan komersialisasi buat industri ke depan. Agar industri hulu ke industri hilir benar-benar mendapat bahan baku yang bisa mengurangi impor," ungkapnya.

Dalam kesepakatan dengan Rosneft, Pertamina akan mendapatkan hak 35 ribu bph yang berasal dari berbagai ladang minyak. Pertamina sudah membidik dua blok yang akan menjadi sumber minyak mentah baru dari hasil kerja sama dengan Rosneft dan akan mulai dieksekusi.

Pertamina sepanjang kuartal I 2016 mencatat produksi minyak sebesar 305 ribu barrel oil per day (BOPD) naik 14 persen dibanding periode sama tahun lalu sebesar 267 ribu BOPD.

Selain memproduksi BBM dalam bentuk bensin dan solar yang mencapai 75-80 persen, kilang Tuban juga akan memproduksi bahan baku petrokimia sebesar 20-25 persen dari total kapasitas kilang yang mencapai 320 ribu barel per hari.

Wakil Ketua Komisi VII DPR, Fadel Muhammad menambahkan kerja sama Pertamina dengan Rosneft merupakan langkah positif."Tapi memang harus dipercepat karena kebutuhannya sudah mendesak," kata dia.

Saat ini kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) nasional adalah 1.578.000 bph, sementara kapasitas kilang saat ini hanya mampu memproduksi bahan bakar minyak (BBM) sebesar 850.000 bph.

Defisit pasokan BBM inilah yang kemudian dipenuhi dari impor. Pertamina menargetkan studi pembentukan perusahaan patungan (joint venture) dengan Rosneft untuk membangun Kilang Tuban bisa tuntas pada tahun ini. Hal ini untuk mempercepat pembangunan kilang hingga bisa beroperasi pada 2021 dari target awal pada 2022.

Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016