Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perindustrian, Saleh Husin, mendorong industri kosmetik terintegrasi dari hulu hingga hilir agar terus berkembang, menguasai pasar dalam negeri dan memperluas ekspor, yang saat 2015 angkanya mencapai Rp11 triliun.


"Indonesia memiliki potensi industri kosmetik yang kuat, pasar domestik yang besar dan menjadi produsen kosmetik untuk diekspor, SDM mumpuni dan bahan-bahan herbal sebagai material bahan baku," kata dia, sebagaimana dinyatakan, di Jakarta, Rabu.


Kinerja ekspor itu lebih besar dibandingkan nilai impor yang sebesar 441 juta dollar AS, sehingga neraca perdagangan produk kosmetik mengalami surplus sekitar 85 persen.


Laju pengembangan industri kosmetik, diakui dia, juga memiliki tantangan yang harus dihadapi karena lebih dari 90 persen bahan baku kosmetik masih harus diimpor, di mana saat ini industri kosmetik di Indonesia masih terbatas pada formulasi dan pencampuran.


"Oleh karena itu kita juga mengembangkan industri kosmetik yang terintegrasi dari hulu ke hilir dengan meningkatkan produksi bahan baku sehingga menekan impor," ujar dia.


Selain itu, Kemenperin juga memacu pusat riset dan pengembangan di dalam negeri, inovasi produk, riset pasar dan memperlebar pasar ekspor.


Saleh menyampaikan, Kementerian Perindustrian tidak bisa berjalan sendiri mengawal kebijakan pembangunan industri tersebut.


Sehingga, ia menyadari pentingnya peran asosiasi dunia usaha seperti Perhimpunan Perusahaan dan Asosiasi Kosmetika Indonesia sebagai mitra pemerintah dalam memberikan masukan serta evaluasi kebijakan.


Diketahui, kosmetik termasuk industri strategis dan potensial mengingat terdapat 760 perusahaan kosmetik yang tersebar di Indonesia.


Industri ini jugamampu menyerap 75.000 tenaga kerja langsung dan 600.000 tenaga kerja tidak langsung.


Pewarta: Sella Gareta
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016