Yogyakarta (ANTARA News) - Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta mengembangkan pengolahan sampah plastik menjadi bata ramah lingkungan yang disebut ecobricks dengan bantuan pasangan Russell Maier dan Ani Himawati serta Jejaring Pengelola Sampah Mandiri.

"Selama ini, sampah plastik sangat sulit ditangani. Jumlahnya pun cukup banyak, mencapai 14 persen dari total sampah yang dihasilkan Kota Yogyakarta sebesar 240 ton per hari," kata Kepala Sub Bidang Daur Ulang Sampah Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Yogyakarta Faizah di Yogyakarta, Rabu.

Ia mengatakan sampah plastik baru bisa terurai secara alami dalam waktu 10 hingga 80 tahun dan jika dibakar justru menghasilkan molekul dioxin yang bersifat racun.

Oleh karena itu, lanjut dia, perlu inovasi untuk mengurangi sampah plastik dan mengolahnya kembali, salah satunya dengan membuat bata ramah lingkungan yang bisa digunakan untuk keperluan lain.

Batu bata ramah lingkungan tersebut dibuat dengan memasukkan dan memadatkan sampah plastik yang sudah bersih dan kering ke dalam botol plastik.

Sebuah botol plastik berukuran 600 mililiter dapat diisi sekitar 250 gram sampah plastik atau setara dengan 2.500 lembar plastik bungkus mi instan.

BLH Kota Yogyakarta mulai melakukan sosialisasi ke masyarakat mengenai ecobricks sejak Maret dan hingga kini sudah ada hampir 6.000 ecobricks yang dihasilkan oleh warga.

Bata-bata itu, menurut Faizah, dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan di antaranya disusun menjadi bangku, meja atau permainan edukatif untuk anak-anak.

"Tinggal ditempel menggunakan lem silikon menjadi bentuk yang diinginkan," katanya.

BLH Kota Yogyakarta akan mencanangkan gerakan pembuatan ecobricks pada Jumat (3/6) bertempat di Gajahwong Educational Park. "Pembuatannya sangat mudah, seharusnya seluruh masyarakat bisa membuatnya," katanya.

Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016