Jakarta (ANTARA News) - Terdapat peluang pada Kemitraan Trans Pasifik atau Trans Pacific Partnership (TPP) untuk industri otomotif, salah satunya adalah peningkatan akses pasar dan investasi.
Demikian disampaikan Dirjen Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian, I Gusti Putu Suryawirawan, di Jakarta, Rabu.
"Ada juga peluang untuk peningkatan posisi daya saing akibat penurunan tarif bea masuk," ujar Putu.
Putu menyampaikan, kapasitas produksi otomotif Indonesia berada dikisaran 1 juta unit per tahun, kedua setelah Thailand, dengan penjualan rata-rata terbesar di ASEAN.
Saat ini, baik Indonesia maupun Thailand belum tergabung dalam TPP, namun jika Thailand dan beberapa negara ASEAN sudah tergabung dalam TPP dengan meningkatkan produksi otomotifnya, maka akan berdampak besar bagi industri otomotif Indonesia.
Putu menambahkan, semakin meningkatnya daya saing mobil produksi dalam negeri menjadi indikasi bahwa produk-produk otomotif Indonesia semakin diterima oleh pembeli di luar negeri.
Sehingga, dengan bergabungnya Indonesia di TPP maka akan berpotensi meningkatkan ekspor mobil di wilayah Trans-Pasifik.
Namun, Putu menegaskan, peluang-peluang tersebut bisa dicapai jika Indonesia mempersiapkan diri, baik dari sisi kebijakan maupun SDM-nya.
Indonesia juga perlu mengatur investasi asing yang nantinya diprediksi masuk ke Indonesia, agar industri dalam negeri bisa tetap tumbuh.
"Kita juga perlu membuat Standar Kompetensi Kerja Nasional (SKKNI) dibidang otomotif, apa saja, jangan sampai nanti pasang ban saja harus asing yang mengerjakan," ujar Putu.
Dengan demikian, lanjut Putu, Indonesia tidak perlu takut untuk bergabung dalam kemitraan yang anggotanya telah mencapai 12 negara tersebut.
Pewarta: Sella Gareta
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016